BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com___________BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com

Kamis, 18 Agustus 2011

Kunjungan Kadisperta TPH Kab.Cianjur ke kantor BP4K

BP4KCIANJUR.Kepala Dinas Pertanian TPH Kab.Cianjur Drs.H.Sudrajat Laksana, melakukan kunjungan kerja ke kantor BP4K Cianjur pada kamis siang (18/8/11). Dalam kunjungannya yang didampingi oleh Kabid Penyuluhan Ir. Zulkarnaen, dan Kasubag Kepegawaian Wana Mulyawan,SP, Kadis Pertanian TPH disambut oleh Kepala BP4K Achmad Suganda,SP,MP dan Sekretaris BP4K Ir.H.Arifin, serta beberapa staf dan fungsional penyuluh yang ada di lingkup BP4K. 
Kunjungan Kadis Pertanian TPH ini bermaksud untuk melakukan pembahasan tentang kajian Perbub No.16 Tahun 2010 tentang pembentukan BP4K Kabupaten Cianjur. Dalam pembahasannya Kadis Pertanian TPH meminta kepada segenap elemen yang ada di BP4K untuk dapat bekerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dan meminta untuk tetap mengupayakan proses legitimasi kelembagaan BP4K. Dalam hal ini beliau memberikan kesanggupan dan kesediaan untuk membantu proses legitimasi kelembagaan BP4K untuk disampaikan pada Bupati dan ke hadapan anggota dewan DPRD Kab.Cianjur. "Kita berdoa dan berharap mudah-mudahan diberi jalan terbaik oleh Allah SWT bagi BP4K Cianjur " pungkas beliau.(bp4k/18/8/11)

Senin, 15 Agustus 2011

FASE PERTUMBUHAN TANAMAN PADI


Uraian fase-fase pertumbuhan padi ini disajikan berdasarkan informasi/data dan karakteristik jenis tanaman padi varietas IR- 64, varietas unggul berdaya hasil tinggi, dan semidwarf (tinggi sedang), namun secara umum berlaku juga untuk varietas lainnya.
Acuan  manual ini akan memudahkan bagi anda untuk :
·         Mengenali 3 fase pertumbuhan dasar tanaman padi dan tahapan perkembangan pada setiap fase.
·    Mengidentifikasi tahapan pertumbuhan tanaman padi menurut skala 0-9. Setiap angka pada skala berkaitan dengan tahapan pertumbuhan spesifik.
·         Menerangkan perubahan fisik spesifik dalam pertumbuhan tanaman padi

Tiga Fase Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam 3 fase :
1.      Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai);
2.      Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan); dan
3.      Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)

Di daerah tropis, fase reproduktif  35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan ditentukan oleh perubahan panjang waktu fase vegetatif. Sebagai contoh, IR-64 yang matang dalam 110 hari mempunyai fase vegetatif 45 hari, sedangkan IR-8 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65 hari.

 Tahapan Pertumbuhan 0 – 9

Ketiga fase pertumbuhan terdiri atas 10 tahap yang berbeda. Tahapan tersebut berdasarkan urutan adalah sebagai berikut :
Tahap 0, adalah sejak berkecambah sampai muncul ke permukaan :



           Tahap 1, disebut pertunasan :


Tahap 2, adalah pembentukan anakan :


Tahap 3
, adalah pemanjangan batang :

Keempat tahap pertama ini merupakan fase vegetatif, awal dari pertumbuhan tanaman padi.
Tahap 4, adalah pembentukan malai sampai bunting :

Tahap 5, adalah keluarnya bunga atau malai :

Tahap 6, adalah pembungaan :

Tahap 4, 5 dan 6 membentuk fase reproduksi, fase kedua dari pertumbuhan padi.
Tahap 7, adalah tahap gabah matang susu :

Tahap 8, adalah gabah matang adonan (dough rain) :


Tahap 9, adalah gabah matang penuh:


Tahap 7 – 9, merupakan fase pematangan, fase akhir dari perkembangan pertumbuhan tanaman padi.
(Sumber http://www.irri.org)



PEMBUATAN KOMPOS


Pengomposan merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Atau dengan kata lain kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai.
Mikroba tersebut berupa bakteri, fungi, dan jasad renik lainnya. Sedangkan bahan organik untuk bahan baku kompos dapat berupa jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ternak, dan sebagainya.
Kompos mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya dapat memperbaiki struktur tanah, daya ikat partikel tanah, daya ikat air, draenase dan tata udara tanah, serta mempertinggi daya ikat tanah terhadap unsur hara, mengandung hara lengkap, membantu proses pelapukan mineral, memberikan makanan bagi mikroba, menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Proses pengomposan yang terjadi secara alamiah, membutuhkan waktu yang relatif lama dengan kisaran 2-3 bulan bahkan bisa mencapai 6-12 bulan tergantung bahannya. Melihat lamanya proses pengomposan alamiah membuat para ahli berupaya untuk mempercepat proses tersebut, salah satunya dengan pemanfaatan stater/aktivator kompos yang sekarang  banyak dijual ditoko-toko pertanian, seperti stardec, EM4, starbio, starbio plus dll.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kompos antara lain: 
·         Kelembaban timbunan bahan kompos, kegiatan dan kehidupan mikrobia dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering atau basah atau tergenang. 
·         Aerasi timbunan, apabila kondisinya terlalu anaerob   maka mikroba anaerob saja yang hidup dan mikroba aerob mati sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk mengalami volatilasi (NH3(gas)). 
·         Suhu, suhu maksimum pengomposan adalah 60 0C, karena pada suhu ≥ 60 0C mikroba akan mati atau sedikit sekali yang hidup. 
·         Suasana, proses pengomposan akan menghasilkan asam-asam organik yang dapat menurunkan pH, pembalikan timbunan mempunyai dampak menetralisasi keasaman. 
·         Netralisasi keasaman, pemberian bahan kapur dapat menetralisir keasaman dan menambah kandungan hara kompos. 
Pembuatan kompos dapat dilakukan dimana saja asalkan tidak mendapat sinar matahari dan hujan secara langsung. Idealnya tempat tersebut dibuat semacam   bangunan  atau  lubang  dengan   ukuran 1 x 1 x 1 m3 atau sesuai kebutuhan.

Bahan dan Alat dalam Pembuatan Kompos
1. Bahan yang dibutuhkan adalah : Bahan organik (jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam atau serbuk gergaji, limbah organik rumah tangga).   
- Dedak                             
- Kapur                      
- Gula Pasir       
- Urea   
- Bahan stater/aktivator starbio plus, stardec..     
- Air 
2.       Alat yang digunakan berupa :  sekop, garu, ember, dan wadahpenyimpanan. 

Cara Pembuatan  
a)      Siapkan 2 - 3 sdm bahan aktivator    (jika berbentuk bubuk) atau 10 ml  (jika berbentuk cair) + 1 sdm gula pasir + 10 liter air.  Dicampur merata dan didiamkan selama 10-15 menit. Dari  larutan tersebut diambil ± 250 ml dan dicampurkan ke dalam 10 L air diaduk merata dan siap digunakan (larutan aplikasi).  
b)      Jerami atau bahan organik lainnya dipotong-potong ± 5-10 cm     seperti jerami, sekam, pupuk  kandang dan dedak dicampur merata. Untuk mendapatkan kompos yang baik perlu diperhatikan perbandingan antara jerami, sekam, pupuk kandang. Biasanya digunakan perbandingan 1 : 2 : 3    
c)       Sambil dicampur, bahan organik disirami dengan larutan aplikasi (larutan stater/aktivator) hingga  bahan  tersebut  memiliki  kandungan air  ±  30-40%.    
d)      Bahan kompos disimpan pada tempat yang ternaungi dan kering atau dimasukan dalam tempat penyimpanan yang telah disiapkan, dimana pada bagian atas dari tumpukan tersebut perlu ditutupi dengan plastik, dedaunan dll.    
e)       Pengontrolan kompos dilakukan untuk mengetahui suhu dan kelembaban bahan kompos, jika suhu kompos > 50-600C perlu dilakukan pembalikan untuk menetralisir panas dan perlu pula disirami air apabila bahan kompos mengalami masalah kekeringan.           
f)       Kompos yang menggunakan bahan stater/aktivator dapat digunakan setelah 4-6 minggu tergantung dari bahan pembuatnya. 

C.      Ciri-Ciri Kompos
Kompos dinyatakan berhasil bila memiliki ciri - ciri: 
·         Warna coklat kehitaman,
·         Agak lembab, 
·         Gembur,
·         Bahan pembentuknya sudah tidak dikenali lagi.

D.     Aplikasi di Lapangan
Dosis umum yang digunakan adalah 30 ton per hektar dan biasanya digunakan sebagai pupuk dasar pada kegiatan budidaya tanaman.

 Bahan Bacaan
 Lena Walunguru, SP., M.Si.. Teknik Pengomposan. Artikel Elektronik (Student Design.Blogspot.com.2010)

Sabtu, 13 Agustus 2011

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN MOTIVASI HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA PENYULUH

Oleh : Ir. ARIFIN 
(Penyuluh Madya di BP4K Kab.Cianjur)

ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kenrja penyuluh pertanian pada dinas pertanian Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 – 2009 dinilai masih rendah. Rendahnya kinerja tersebut akibat dari rendahnya imp-lementasi kebijakan dan kurangnya pemotivasian .
Dengan menggunakan Metoda  survey yang bersifat deskriptif pada   sample 111 penyuluh sebagai responden  dari 155 orang jumlah penyuluh  dianalisis dengan menggunakan path analisys atau analisisis jalur , diperoleh kesimpulan bahwa (1) ada hubungan positif yang erat antara implementasi kebijakan dengan kinerja penyuluh (r = 0,590). Dan berpengaruh nyata, dibuktikan oleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel, besarnya pengaruh tersebut 22,83 %. (2)  Ada hubungan positif yang cukup erat dan berpengaruh nyata antara pemotivasian denga  kinerja  penyuluh ( r = 0,688) . besarnya pengaruh pemotivasian 26,70 %.  (3) Implementasi dan pemotivasian secara bersama-sama memiliki hubungan yang sangat erat  dan berpengaruh sangat nyata terhadap kinerja penyuluh pertanian (r = 0,709) besarnya pengaruh 49, 52 %. (4) Selain pengaruh dari  implementasi kebijakan  dan pemotivasin, kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Cianjur di pengaruhi pula oleh paktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Besarnya pengaruh tersebut adalah 50,48 %. 

ABSTRACT
The main case in this research is low produktivity of agricultur extension workers at Agriculture Departement in Cianjur Regency. This low productivity  0f work is  affected by the less of practical laws and less of giving motivation.
The method use is survey method wich has descriptive analisys, the sample are 111 personwho work  as agriculture extension workers as respondents  from 155 total numbers. Technically this is also used Path Analisys.
The result shown that (1) there is good relationship between the implementation laws  and productivity of work (r = 0,590). This can be  seen that  t counted is more than t table, the affection is about 22,83 %.  (2)  There is also positive relation and get closer between giving motivation and productivity  of work, giving motivation is shown 26,70 %. (3)  The implementation of laws and giving motivation is shown  positif relation  (r = 0,709) and this givesgood imfluence to the productivity of workers.  The amount of influences is 49,52 %.  (4) There are also some variables that are not analyzed in this research.  The influence of variables is 50,48 %.   

Rabu, 10 Agustus 2011

WKPP (Warna-warni Kegiatan Penyuluh Pertanian) Cianjur

PPL BPP Cugenang in classroom meeting














THL TBPP Kec. Cijati in action on the emboeng location














Kegiatan Sekolah Lapang SL PTT 2011 (lokasi : BPP Kec.Mande)






MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN SAWAH MELALUI SIPALAPA DAN ROPALAPA


Oleh: Ir. Arifin Penyuluh Pertanian Madya BP4K Cianjur

Lahan adalah sumber  kehidupan, jutaan manusia bahkan seluruh umat manusia  mendapatkan energi  kehidupan dari  mahluk yang namanya lahan. Oleh karena itu lahan menjadi sangat penting.  Di dunia pertanian lahan menjadi faktor pertama dan utama  karena dari sinilah produksi dan pendapatan yang langsung dapat dinikmati oleh para petani sebagai pelaku utama. Berbagai upaya telah dilakukan secara terus menerus untuk  meningkatkan produksi dan pendapatan  petani agar mereka mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya  ,  melalui berbagai kebijakan dan program  pemerintah,  melalui  rekayasa teknis maupun  rekasaysa sosial.  Namun demikian  peningkatan produksi dan pendapatan petani tidak seiring dengan peningkatan kebutuhan dan tingkat inflasi yang terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya. : pertama   pemilikan dan penguasaan lahan yang relatif sempit sebagian besar kurang dari 0,5 ha.  Kedua ; penerapan teknologi belum sepenuhnya sehingga peningkatan produktivitas tidak maksimal, ketiga  kelembagaan petani dilapangan  kurang  berfungsi  sehingga usahatani  belum efisien, keempat  kemampuan lahan yang semakin menururn, serta  persoalan-pesoalan lain yang dihadapi dunia pertanian    

SIPALAPA DAN ROPALAPA adalah salahsatu solusi dan upaya untuk memaksimalkan pendapatan petani. Sipalapa adalah Sistem Integrasi Palawija pada Tanaman Padi sedangkan Ropalapa  adalah Rotasi Palawija setelah Padi. Sipalapa dan Ropalapa merupakan agribisnis horizontal yang dapat meningkatkan pendapatan petani, mengendalikan OPT dan memperkaya musuh alami  serta mengurangi impor palawija. 
   
SIPALAPA dapat diaplikasikan dalam usahatani model surjan dan penanaman palawija di pematang sawah. Pematang sawah merupakan lahan yang selama ini dibiarkan  bera (nganggur), tetapi petani tidak menyadari bahwa lahannya nganggur, oleh karena itu lahan pematang ini sering disebut lahan bera yang  tak kentara ( unvisible sleeping land).  Menurut Prof. Dr. Baehaki, SE salah seorang peneliti di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi ) Luas pematang   di jalur pantura  rata-rata 5% dari luas areal atau sekitar 1700 m/ha lahan yang bisa aditanami palawija,  dan di dataran tinggi atau sawah berteras luas pematang bisa mencapai  25 % lebih. Lebih lanjut beliau melaporkan bahwa  dari satu ha sawah di pantura Jawa Barat dapat dihasilkan 370 kg biji kedelai.  Jika saja harga biji kedelai saat ini Rp. 6000/kg, petani akan mendapat tambahan pendapatan sebesar Rp. 2.220.000,  setara dengan 925 kg Gabah Kering Pungut (GKP) pada tingkat harga gabah Rp. 2400/kg.  Dengan asumsi satu ha menghasilkan 7000 kg GKP  dalam waktu bersamaan jika pematang sawahnya ditanami kedelai, maka  produktivitas lahan tersebut  menjadi 7.925 kg (meningkat 13,2 %).
Berdasarkan ilustrasi di atas ternyata SIPALAPA membuka peluang bagi  penigkatan pendapatan petani. Selain dapat menambah  pendapatan, melalui SIPALAPA sangat memungkinkan terjadinya kesinambungan kesediaan benih khususnya benih palawija sepanjag masa apa yang kita sebut Jalur Benih Antar Lapang  ( Jabal ).
ROPALAPA adalah Rotasi Palawija setelah Padi. Tempo doeloe istilah ini dikenal dengan istilah pergiliran tanaman. Ropalapa atau pergiliran tanaman merupakan rekayasa pola tanam yang sangat penting, karena selain dapat memutus siklus kehidupan OPT, i ROPALAPA dapat mekasimalkan kemampuan lahan untuk dapat menghasilkan produksi  (provitas). Hal ini bisa terjadi lantaran setiap jenis tanaman meimiliki kebuthan dan kemampuan menyerap hara dari  dalam tanah dalam jenis dan kadar yang berbeda -beda .  Hara yang tidak diserap oleh satu jenis tanaman dan tersisa,  akan dimanfaatkan dan diserap oleh jenis tanaman lainnya.    

Berita Kita

Posting Populer