BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com___________BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com

Rabu, 29 Juni 2016

BPP Karang Tengah : Media Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan Pertanian Pragmatisme Versus Idealisme
Oleh: Ir. Mulyono Machmur MS – (Ketua Dewan Pembina PERHIPTANI)


Akhir-akhir ini penyuluhan pertanian ramai diperbincangkan terutama setelah terbitnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Berbagai pendapat yang pro dan kontra terhadap UU tersebut muncul ke permukaan. Upaya penyelamatan eksistensi penyuluhan pertanian sesuai dengan UU No 16 Tahun 2006 terus dilakukan baik oleh Kementerian Pertanian maupun oleh PERHIPTANI sebagai organisasi profesi para penyuluh pertanian. Peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian memberikan kontribusi sangat besar. Terutama mendorong terjadinya perubahan dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Para petani dididik oleh para penyuluh cara memilih benih/bibit yang baik, mengolah tanah yang benar, memupuk dan memberi pakan ternak yang baik, memilihkan tanaman dan ternak yang benar, mengakses sumber permodalan dan membantu memasarkan hasil.
Sejarah Panjang

Sejarah panjang penyuluhan pertanian di Indonesia penuh dengan dinamika pasang surut yang dimulai sejak pemerintahan Kolonial Belanda (1905). Dua windu pertama sejak didirikannya Departemen Pertanian Pemerintahan Kolonial Belanda, ditangani oleh 3 orang petinggi. Setingkat direktur yaitu : Prof. DR. Melchior Treub (1905 -1910); DR. N.J Loving (1910-1918) dan Sidinga Mulder (1918-1922). Perbedaan pandangan mengenai pendidikan dan penyuluhan pertanian di antara ketiga pejabat tersebut tidak hanya berbeda tetapi lurus bertentangan.
Pada Era Treub berpegang teguh pada pandangan bahwa para petani hanya dapat dipengaruhi melalui Pangreh Pradja. Itu sebabnya pendidikan pertanian tidak dipentingkan. Dianut juga pandangan bahwa petani bukan dasar yang kokoh untuk pendidikan karena bercerai berainya pemilikan tanah, kecilnya lahan usaha tani dan kurangnya modal di antara para petani.
Sebaliknya Lovink berpendapat bahwa para Kepala Daerah Pertanian harus mempunyai posisi yang bebas dan tidak merupakan sekedar penasihat. Dalam masa inilah (1911) terbentuklah Dinas Penyuluhan Pertanian/(Lichbouw Voor/Ichtings denst/LVD). Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari Negeri Belanda, ia berkeyakinan bahwa pendidikan merupakan salah satu cara yang paling bermanfaat untuk memajukan dan memperbaiki pertanian.
Apabila Lovink sangat menitikberatkan usahanya pada soal pendidikan, maka Sibinga Mulder lebih menekankan pada koordinasi dalam penerapan paket teknologi sehingga menjadikan "Pasklaar" (siap pakai) untuk kepentingan setempat (teknologi tepat guna yang spesifik lokasi). Pada periode ini Dinas Pertanian memberanikan diri untuk meminta bekerja lepas dari Pangreh Pradja. Cara pemerintah tidak dipakai sama sekali, cara yang dilaksanakan adalah mengajarkan agar petani melaksanakan perbaikan pertanian dengan penuh tanggungjawab berdasarkan keinsyafan. Tekniknya adalah memberi kesempatan kepada para petani untuk menyaksikan sendiri bukti nyata dari percobaan dan percontohan. Periode ini dikenal sebagai jaman keemasan penyuluhan. Jaman keemasan penyuluhan pertanian berakhir pada waktu pendaratan tentara dari Nippon di Indonesia.
Pada periode pemerintahan Kolonial Jepang (1942-1945) penyuluhan pertanian dapat dikatakan tidak ada, karena para petani praktis diharuskan dengan ancaman rohaniah dan badaniah untuk mengusahakan produksi bahan makanan. Aparatur pertanian diperkuat dengan adanya Son Sidoing (Mantri pertanian di tiap kecamatan) dan Nagyo Kumiai (Koperasi pertanian di tingkat kecamatan) untuk memperlancar usaha produksi dan pengumpulan hasilnya bagi keperluan angkatan perang Jepang.
memasuki periode setelah Proklamasi Kemerdekaan (1945-1950) pembangunan pertanian dimulai dengan adanya Rencana (Plan) Kasimo, yang merupakan rencana produksi pertanian 3 tahun. Rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan karena gejolak revolusi fisik. Setelah tahun 1950 didirikan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD) yang mempunyai fungsi pada pendidikan masyarakat desa terutama di bidang pertanian dibangun sebanyak 375 unit.
Impor Pangan dan Penyuluhan
Periode selanjutnya (1959) memasuki periode Komando Operasi Gerakan Makmur (KOGM) dibentuk dengan Inpres 1/1959. Penyuluhan pertanian dalam periode segala terpimpin mengalami banyak perubahan dari filsafat alon–alon asal kelakon menjadi harus cepat dan tepat. Penyuluhan pertanian sebagai sistem pendidikan non formal untuk petani dan keluarga di pedesaan mengalami penyimpangan dari prinsip-prinsip dasar penyuluhan. Petugas lapangan menerima komando dari atasannya untuk ditaati dan selanjutnya mengeluarkan perintah kepada para petani untuk dilaksanakan. Para petani menerima teknologi baru tanpa pilihan dan mereka diorganisasikan dalam kelompok dan himpunan tanpa kesadaran. Para petani banyak menggantungkan diri pada pemerintah dan para petugas selalu menunggu perintah dari atasannya.
Pada waktu itu impor beras mencapai 800.000 ton. Produksi padi 15.950.000 ton dengan luas panen = 7.153.000 ton. Produktivitas 22,3 kw/ha, swasembada beras (1963) tidak tercapai malahan terasa efek negatif dari penyuluhan dengan sistem komando itu. Para petani menjadi menjauhi para penyuluh pertanian.
Permintaan kebutuhan beras di dalam negeri terus meningkat, seiring meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya konsumsi beras per kapita. Terjadilah gejolak peningkatan harga beras, kemiskinan meningkat, kelaparan terjadi di mana-mana. Kegagalan sistem terpimpin ini dan ditambah peristiwa G30S pada akhirnya menyebabkan tumbangnya pemerintahan Soekarno dan timbulnya kekuasaan Orde Baru. Pada akhir masa terpimpin dengan program SSBM ternyata gagal, maka timbul gagasan untuk mengembalikan penyuluhan pertanian itu kepada azas-azas semula, seperti kesukarelaan, otoaktivitas, demokratis, dan lain-lain. Upaya-upaya membangun kembali penyuluh pertanian, antara lain: memprogresifkan pendekatan dan cara penyuluhan pertanian, membangun organisai penyuluhan pertanian di Indonesia, sedemikian rupa sebagai berbentuk suatu piramida besar dengan dasar yang lebar dan luas di tingkat desa.
Dalam suasana politik yang terus membaik setelah tahun 1965, penyuluhan pertanian dikelola kembali berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan yang demokratis. Kondisi seperti ini terus berkembang sampai dengan penerapan sistem BIMAS yang berhasil menghantarkan Negara Indonesia menjadi Swasembada Pangan/beras tahun 1984. Menurut hasil penelitian FAO kontribusi penyuluh pertanian pada waktu itu di atas 60%. Sampai dengan tahun 1996 kita mampu mempertahankan swasembada beras dengan produksi 51.101.506 ton, Luas panen 11.569.729 ha. Pada tahun 1993 melakukan ekspor beras tertinggi yaitu 561.000 ton.
Setelah tahun 1995 sistem BIMAS mulai ditinggalkan, peran penyuluh pertanian semakin menurun. Akhirnya pada tahun 1997 kita melakukan impor beras besar-besaran sampai mendekati 2 juta ton. Pada periode ini kembali terjadi gejolak meningkatnya harga beras, dan nilai tukar dolar terus meningkat, terjadilah krisis moneter yang akhirnya menumbangkan pemerintahan Soeharto.
Memasuki Periode Reformasi produksi beras nasional pada kisaran 50 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terus dilakukan impor.
Setelah keluarnya UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K, kembali para penyuluh pertanian bergairah bekerja dengan penuh semangat. Namun demikian masih ada daerah-daerah yang kurang merespon membentuk kelembagaan penyuluhan sesuai perintah UU tersebut, dengan berbagai alasan bahwa Kelembagaan Penyuluhan itu tidak menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) bahkan hanya membebani APBD. Hasil nyata yang diraih setelah lahirnya UU No. 16 Tahun 2006, mulai tahun 2008 sampai tahun 2010 kembali menjadi negara swasembada beras. Prestasi tersebut kembali menuntun ketika semangat para penyuluh kembali mengendor. Apabila kondisi seperti ini dibiarkan terjadi maka akan sulit untuk menggapai Kedaulatan Pangan.
Dua Kepentingan
Perjalanan penyuluhan pertanian di Indonesia tidak terlepas dari adanya dua kepentingan yang bersifat pragmatisme dan idealis. Yang beraliran pragmatis terbebani adanya target-target produksi dalam jangka pendek yang harus tercapai (swasembada). Peran penyuluhan pertanian diterjemahkan sebagai alat propaganda pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk perintah-perintah kepada para petani, dengan bahasa halusnya adalah proses alih teknologi demi meningkatkan produksi semata. Sedangkan yang beraliran idealis berpegang teguh bahwa penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran atau pendidikan non-formal bagi petani dan keluarganya sehingga pengetahuan dan keterampilan petani meningkat dan sikap petani berubah dalam meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraannya.
Untuk terjadinya proses pembelajaran yang sistematis dan berkelanjutan maka diperlukan penerapan sistem penyuluhan pertanian sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Jumat, 24 Juni 2016

Kunjungan Anggota DPRD Jabar ke Dinas Pertanian TPH Kabupaten Cianjur


Anggota DPRD Provinsi Jawa Jawa Barat yang tergabung dalam Badan Pembentukan Peratuan Daerah (BPPD), Kamis (23/6) melakukan kunjungan kerja di Dinas Pertanian TPH Kabupaten Cianjur. Kedatangan  para wakil rakyat yang dipimpin Ketua BPPD Drs. Yusuf Fuaz

Kunjungan wakil rakyat itu disambut oleh Kepala Dinas Pertanian TPH, yang diwakili oleh Kabid Penyuluhan, Ir. Zulkarnain, MM, Sekretaris BP4K Kabupaten Cianjur, Asep Kardiman, SP.  dan Bagian Produksi Tanaman Pangan,  Dandan Hendayana, SP di ruang rapat BP4K.

Adapun agenda anggota BPPD itu adalah mencari masukan terkait draf perda yang disiapkan Pemprov Jabar mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani.
“Saat ini, peraturan untuk melindungi dan memberdayakan petani masih berupa draft. Jadi, kedatangan kami kesini untuk mencari masukan buat penyempurdaan draf raperda,” kata Ketua BPPD DPRD Provinsi Jawa Barat Drs. Yusuf Fuaz.

Menurut Drs. Yusuf Fuaz, tujuan pembuatan Perda nanti cukup bagus. Dimana, perlindungan dan pemberdayaan terhadap petani itu sudah dibutuhkan. Di beberapa daerah lain, seperti jawa Timur sudah memiliki Perda seperti itu.

Dijelaskan, dalam masalah perlindungan, ada beberapa poin menarik. Yakni, masalah penyediaan jaminan sarana dan prasarana serta jaminan output, ganti rugi gagal panen dan asuransi pertanian. Kemudian di bidang pemberdayaan adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan serta penguatan kelembagaan petani.

Ayi Setiawan, SP

Rabu, 22 Juni 2016

THL-TBPP HARUS TETAP PROFESIONAL

Penyuluh ibarat garda terdepan pembangunan pertanian. Melalui ‘tangan’ penyuluh, adopsi teknologi akan sampai ke petani.  Karena itu penyuluh harus memiliki jiwa mengubah dan memberikan apa yang diperlukan petani.

Bukan menyampaikan inovasi teknologi, penyuluh juga harus mampu memberikan motivasi bagi petani. Begitu juga dengan penyuluh yang berstatus Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP).
Menjadi seorang THL-TBPP adalah profesi yang tidak setiap orang mau dan mampu menjalani. Diperlukan niat dan menekuni profesi tersebut. Meski sebagai negara agraris, harus diakui menjadi seorang THL-TBPP bukan pilihan apalagi idola dunia kerja bagi anak muda.
Apalagi sistem kerja THL-TBPP hanya kontrak, bukan sebagai pegawai tetap. Walaupun berstatus honorer, penyuluh kontak tersebut tetap harus professional mengembang tugas yang telah diamanahkan pemerintah. THL-TBPP tetap harus bekerja membantu kesulitan petani.
Tanggapan Perkembangan Teknologi

Untuk menjadi professional, THL-TBPP juga wajib memiliki kebiasaan membaca informasi teknologi pertanian modern dan memahami metode pertanian yang terbaru. Bukan hanya paham, tapi mempraktekkan di lapangan dengan membuat percontohan agar petani mau menerapkan metode tersebut.
Tidak kalah penting, penyuluh harus mampu menuangkan gagasannya menyebarkan ilmunya lewat kerya tulisa di media masa, media cetak, online, buku, seminar, dan lain-lain. Dengan demikian, penyuluh bisa saling tukar informasi dengan penyuluh lain di Indonesia untuk membantu petani. Penyuluh pertanian, termasuk THL-TBPP harus memiliki jiwa sebagai seorang penyuluh dan pembelajar sepanjang hayat.
Artinya seorang penyuluh harus dapat belajar dan membelajarkan semua aspek yang dimiliki dan siap berbagi dengan petani. Seorang THL-TBPP harus menjadi pendamping petani dan siap mebukakan pintu menuju pertanian Indonesia yang modern. Penyuluh pertanian harus memiliki jiwa pembelajar dalam membangun sikap untuk memberi dan melayani petani. Selain itu, penyuluh juga harus bisa mengubah cara berpikir petani, dari berpikir tradisional menjadi modern.
Seorang THL-TBPP harus andal dan professional, berniat mengubah kondisi petani. Semua itu akan dapat dilakukan apabila mampu dan berani mengubah perilaku sikap dan keterampilan (PSK) petani dari sikap tradisional menjadi modern dalam sistem pertanian.
Bukan hanya itu THL-TBPP harus mempunyai motivasi kuat yang tertanam dalam jiwa, sehingga menjadi penyuluh pertanian yang andal dan professional. Jika pembangunan pertanian berhasil, THL-TBPP menjadi salah satu pahlawan swasembada pangan tanpa tanda jasa karena statusnya sebagai pegawai kontrak.
Parameter Menilai Kinerja Penyuluh
A.  Persiapam penyuluhan pertanian

1.      Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem
2.      Memandu penyusunan (walping) RDKK
3.      Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan
4.      Membuat RKTP

B.  Pelaksanaan penyuluhan pertanian

1.      Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani (dalam satu tahun)
2.      Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah binaan dalam bentuk kunjungan/tatap muka (perorangan/kelompok/massal)(dalam satu tahun terakhir)
3.      Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian dalam bentuk demonstrasi /SL (dalam satu tahun terakhir)
4.      Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian dalam bentuk temu-temu (temu lapang, temu teknis, temu wicara, temu karya, temu usaha) (1 tahun terakhir)
5.      Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian dalam bentuk kursus (1 tahun terakhir)
6.      Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan usaha tani
7.      Menumbuhkan kelompoktani/gapoktan dari aspek kualitas dan kuantitas
8.      Meningkatkan kelas kelompoktani dari aspek kuantitas dan kualitas
9.      Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek jumlah dan kualitas
10.  Meningkatnya produksi komoditas unggulan di WKP dibandingkan produksi sebelumnya.

C.  Evaluasi dan pelaporan

1.      Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian
2.      Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian

Selasa, 21 Juni 2016

Sudahkah Anda menjadi seorang penyuluh yang berhasil?

Mari sejenak kita merenung, setelah seharian lelah bekerja mendampingi dan memfasilitasi saudara-saudara kita para petani . Anda tentu tidak ingin aktivitas penyuluhan Anda sehari-hari sia-sia dan tanpa makna, bukan?  Saya percaya siapapun Anda para penggiat pembangunanpertanian terutama Anda penyuluh pertanian ingin agar pekerjaan yang anda kerjakan selama ini berhasil, bukan?
Ada beberapa hal yang bisa Anda perhatikan dan Anda laksanakan selama menjalani aktivitaspenyuluhan dan bergaul dengan para petani di lapangan.  Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat membantu Anda untuk mengukur apakah aktivitas penyuluhan yang Anda lakukan disebut berhasil atau tidak.
1.     Apakah Anda sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan penyuluhan kepada para petani? Keberhasilan penyuluhan yang Anda sangat ditentukan oleh bagaimana tingkat usaha Anda melakukan aktivitas ini, apakah Anda sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menerapkan berbagai macam metode penyuluhan atau tidak?   Atau barangkali belum berhasilnya Anda menttransfer adopsi inovasi teknologi kepada petani karena tingkat usaha kita yang masih belum sesuai harapan.  Yang jelas sebelum kita mengevaluasi tingkat penerimaan petani terhadap suatu inovasi tertentu kita harus mengevalusi tingkau usaha kita, sudah maksimal, setengah-setengah atau bahkan masih kurang.
2.     Apakah Anda sudah melaksanakan aktivitas penyuluhan dengan berorientasi pada klien yaitu para petani? Keberhasilan Anda melaksanakan aktivitas penyuluhan dan mengamankan proses adopsi inovasi teknologi berkorelasi positif dengan sejauhmana ia mampu melaksanakan aktivitas penyuluhan dengan berorientasi pada klien yaitu oreientasi pada petani.  Penyuluh yang lebih berorientasi pada petani dengan sendirinya mempunyai gap yang lebih sempit dengan petaninya dan dengan sendirinya kredibilitasnya lebih tinggi di mata para petani.
3.     Apakah Anda sudah menyesuaikan aktivitas penyuluhanya dengan kebutuhan petani?  Keberhasilan aktivitas penyuluhan ditentukan oleh sejauhmana penyuluh menyesuaikan dengan kebutuhan para petani binaanya.   Semakin sesuai dengan derajat kebutuhan petani maka dimungkinkan peluang keberhasilanya akan semakin tinggi.  Oleh karena seorang penyuluh harus mampu mengemas materi penyuluhanya menjadi sesuatu yang memang dibutuhkan oleh petani atau paling tidak bersentuhan dengan apa yang dibutuhkan oleh petani.
4.     Apakah Anda selama melaksanakan Aktivitas penyuluhanya sudah dilaksanakan dengan penuh empati? Empati adalah sejauhmana seorang penyuluh dapat menempatkan dirinya ke dalam peran orang lain dalam hal ini adalah petani.  Empati penyuluh terhadap para petani binaanya bukanlah sesuatu yang mudah, terutama ketika kondisi para petani itu sendiri sangat jauh berbeda dengan penyuluh sendiri.  Empati inilah yang sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan dalam melaksanakan aktivitas penyuluhan.
5.     Apakah Anda sudah melakukan proses “homofili” dengan kalangan petani binaan Anda? Homofili adalah kondisi sejauhmana sepasang individu yang saling berhubungan adalah serupa.  Sedangkan Heterofili adalah kondisi yang sebaliknya.  Pada umumnya penyuluh kondisinya berbeda dengan petani sebagai klienya  dan biasanya ia akan memiliki kontak yang paling banyak dengan klien yang serupa atau memiliki kesamaan paling banyak dirinya.  terutama dalam hal status sosial, partisipasi sosial, tingkat pendidikan formal dan tingkat kekosmopolitan, karena memang komunikasi yang effektif akan terjadi ketika kedua belah pihak homofili satu sama lain.  Hal ini sedikit banyak merupakan masalah tersendiri karena biasanya klien yaitu para petani yang paling banyak membutuhkan bantuan penyuluha adalah yang berada di kalangan bawah yang justru memiliki tingkat heterofilipaling tinggi dengan penyuluh.  Untuk mengatasi maslah seperti ini, seorang penyuluh dapat melibatkan orang lain yang dianggap mampu yang berasal daari salah satu dari mereka sebagai semacam kader yang memiliki tingkat kehomofillian yang  lebih tinggi dengan para petani binaan kita sehingga komunikasi dalam aktivitas penyuluhan maupun proses adopsi inovasi akan meningkat effektivitasnya.
6.     Bagaimana kontak Anda selama menjalankan aktivitas penyuluhan dengan para petani?Kontak selama aktivitas penyuluhan sangatlah penting terutama kontak dengan kalangan bawah (lower status).  Para petani yang berada di kalangan bawah pada umumnya kondisinya berbeda dengan kondisi penyuluh, kondisi ini dapat menghalangi effektivitas komunikasi.  Penyuluh yang pada umumnya merupakan karyawan pemerintah biasanya tidak langsung dipercaya oleh klien terutama yang berad di kalangan bawah.  Terlebih lagi pada umumnya petani yang berada di kalangan bawah ini seringkali tidak mempunyai sumberdaya yang diperlukan untuk dapat mengadopsi inovasi yang disampaikan penyuluh.  Banyak penyuluh yang tidak berusaha untuk melakukan  kontak dengan klien kalangan bawah karena mereka dipandang tidak responsif terhadap usaha-usaha yang dilakukan penyuluh.  Stereotip  ini juga menghambat penyuluh untuk melakukan kontak dengan mereka.   Salah satu solusi yang bisa dilakukan agar kalangan bawah dan least inovatif client ini lebih banyak kontak dengan penyuluh adalah dengan memilih penyuluh yang mempunyai kemiripan dengan kalangan ini, hal ini dapat dilakukan dengan cara mempekerjakan atau memilih satu satu dari mereka menjadi kader untuk membantu proses komunikasi sehari-hari dan mengeffektifkan aktivitas penyuluhan.
7.     Bagaimana dengan kredibilitas Anda sebagai penyuluh? Dimana-mana kredibilitas sangat penting, keberhasilan Anda sebagai penyuluh salah satunya ditentukan oleh faktor ini.  Walaupun Anda sudah semaksimal mungkin melaksanakan aktivitas penyuluhan tetapi kalau anda dipandang tidak kredibel oleh para petani, maka peluang ketidakberhasilnya juga tinggi.  Sebagaimana yang kita ketahui kredibilitas ada dua yaitu kredibilitaskompetensi (competency credibility) dan kredibilitas keamanan (safety credibilty).   Kredibiltaskompetensi adalah derajat sejauhmana suatu sumber komunikasi atau saluran komunikasi dipandang memiliki pengetahuan dan tingkat keahlian yang tinggi.  Sedangkan kredibilitas keamanan dipandang sebagai derajat suatu sumber  atau saluran komunikasi dipandang aman untuk dipercaya.   Biasanya penyuluh yang berasal dari kalangan mereka sendiri (near-peer) memiliki kredibilitas keamanan yang lebih tinggi.  Idealnya seorang penyuluh harus memiliki kedua kredibilitas tersebut secara seimbang.  Artinya ia boleh saja homofili dengan sistem yang dianut petani binaanya (sosial, ekonomi, kesukuan atau lainya) namun ia harus memiliki heterofili dalam hal kompetensi teknis yang akan didifusikan kepada para petani.
8.     Apakah anda sudah mengikutsertakan para tokoh masyarakat di lokasi binaan anda untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan? Salah satu yang menentukan keberhasilan penyuluhan adalah sejauhmana ia mampu mengikutsertakan para pemuka masyarakat di lokasi binaanya dalam aktivitas penyuluhan.  Pemuka masyarakat bisa berupa kontak tani, petani maju, tokoh agama, aparat desaataupun tokoh masyarakat lainya.  Penyuluh seperti yang kita ketahui memiliki keterbatasan baik waktu maupun tenaga.  Strategi yang dijalankan adalah dengan memusatkan komunikasi dengan para pemuka masyarakat ini, sehingga dapat mengendalikan keterbatasan sumberdaya penyuluh dan bahkan meningkatkan effektifitas difusi inovasi.  Dengan memanfaatkan bantuan pemuka masyarakat ini penyuluh mendapat perlindungan dari sponsor lokal.  Jaringan pesan dari para pemuka masyarakat ini dianggap kredibel dalam meyakinkan para petani (kelompok ataupun perorangan) untuk mengadopsi suatu inovasi.
Mudah-mudahan dengan memperhatikan beberapa pertanyaan di atas Anda bisa mengevaluasi sejauhmana aktivitas penyuluhan yang sudah dilakukan.  Beberapa pertanyaan tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat strategi dan perencanaan penyuluhan yang lebih effektif dan effisien sehingga kinerja penyuluh sebagai ujung tombak dapat ditingkatkan serta bisa memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan pertanian.
Saya sangat berterima kasih apabila Anda bisa berbagi pendapat dengan sahabat-sahabat semua disini.  Ada komentar, pendapat maupun kritik atau saran silahkan berbagi disini

Berita Kita

Posting Populer