BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com___________BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com

Sabtu, 13 Agustus 2011

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN MOTIVASI HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA PENYULUH

Oleh : Ir. ARIFIN 
(Penyuluh Madya di BP4K Kab.Cianjur)

ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kenrja penyuluh pertanian pada dinas pertanian Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 – 2009 dinilai masih rendah. Rendahnya kinerja tersebut akibat dari rendahnya imp-lementasi kebijakan dan kurangnya pemotivasian .
Dengan menggunakan Metoda  survey yang bersifat deskriptif pada   sample 111 penyuluh sebagai responden  dari 155 orang jumlah penyuluh  dianalisis dengan menggunakan path analisys atau analisisis jalur , diperoleh kesimpulan bahwa (1) ada hubungan positif yang erat antara implementasi kebijakan dengan kinerja penyuluh (r = 0,590). Dan berpengaruh nyata, dibuktikan oleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel, besarnya pengaruh tersebut 22,83 %. (2)  Ada hubungan positif yang cukup erat dan berpengaruh nyata antara pemotivasian denga  kinerja  penyuluh ( r = 0,688) . besarnya pengaruh pemotivasian 26,70 %.  (3) Implementasi dan pemotivasian secara bersama-sama memiliki hubungan yang sangat erat  dan berpengaruh sangat nyata terhadap kinerja penyuluh pertanian (r = 0,709) besarnya pengaruh 49, 52 %. (4) Selain pengaruh dari  implementasi kebijakan  dan pemotivasin, kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Cianjur di pengaruhi pula oleh paktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Besarnya pengaruh tersebut adalah 50,48 %. 

ABSTRACT
The main case in this research is low produktivity of agricultur extension workers at Agriculture Departement in Cianjur Regency. This low productivity  0f work is  affected by the less of practical laws and less of giving motivation.
The method use is survey method wich has descriptive analisys, the sample are 111 personwho work  as agriculture extension workers as respondents  from 155 total numbers. Technically this is also used Path Analisys.
The result shown that (1) there is good relationship between the implementation laws  and productivity of work (r = 0,590). This can be  seen that  t counted is more than t table, the affection is about 22,83 %.  (2)  There is also positive relation and get closer between giving motivation and productivity  of work, giving motivation is shown 26,70 %. (3)  The implementation of laws and giving motivation is shown  positif relation  (r = 0,709) and this givesgood imfluence to the productivity of workers.  The amount of influences is 49,52 %.  (4) There are also some variables that are not analyzed in this research.  The influence of variables is 50,48 %.   
PENDAHULUAN
Penyuluhan Pertanain merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari Pembangunan Pertanian secara utuh. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Peraturan Menpan 2008).  Dengan demikian Penyuluhan  Peranian dinilai sangat strategis karena berada paling dekat dengan para petani dan para  pelaku agribisnis lainya.
Kelmbagaan penyuluhan pertania di Indonesia  sudah ada sejak Departemen Pertanian di bentuk.  Penyuluhan Perrtanian kala itu diselenggarakan oleh Kementrian Pertanian yaitu Jawatan Pertanian Rakyat. Kemudian  kelembagaan penyuluhan pertanian senatiasa mengalami perubahan  dan dinamika seiring dengan dinamika dan perkembangan pembangunan nasional.   Periode (1966 – 1990)   penyuluhan pertanian  berada di bawah koordinasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan sistem kerja LAKU,  dilengkapi dengan supervisi yang teratur  dan  berkesinambungan.  Menururt Vitalaya dalam Puspadi (2004) Periode  ini merupakan periode keemasan dan puncak prestasi bagi penyuluhan di Indonesia karena terbukti pada tahun 1984 tercapainya swasembada pangan.  
Periode (1990 – 2000) terjadi perubahan yang sangat mendasar yakni dibentuknya lembaga Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP)  sebagai unit kerja organik penyuluhan pertanian  yang berada dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota .
Pada Era Otonomi Daerah  berdasarakan UU No 22 tahun 1999 dilaporkan oleh Puspadi (2002) bahawa penyuluhan pertanian berada pada kondisi yang kritis dan memprihatinkan, efektivitasnya rendah dan cenderung sangat rendah.
Setiap ada perubahan implementasi  kebijakan akan berpengaruh terhadap kinerja penyuluhan pertanian , gejala ini oleh Andrew Dunsire yang dikutif Wahab (2004 :6)  dinamakan sebagai imlementation gap yaitu suatu keadaan dimana dalam suatu proses kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya dicapai sebagai hasil dari pelaksanaan kebijakan tersebut.


KINERJA

Kinerja merupakan terjemahan dari performance sama artainya dengan prestasi kerja , pelaksanaan kerja dan pertunjukan kerja .  Robbins alih bahasa Pujaatmaka (1996:218) mengemukaan bahwa kinerja adalah fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Demikian pula Mitchel dalam Sedermayanti (2001 : 51) performance = ability x motivation. Dengan demikian dapat diartikan bahwa motivasi merupakan satu variable yang dapat mempengaruahi kinerja seorang pegawai dalam organisasi.  Suprihanto (1998 : 7)  berpendapat bahwa pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan bukan berarti dilihat/dinilai dari  hasil fisiknya saja, tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan kerja, prakarsa, kepemimpinan dan hala-hal spesifik berhebungan dengan  bidang dan level pekerjaannya.  Dengan demikian kinerja dapat dilihat dari apa yang dilakukan atau dihasilkan oleh seorang pegawai dalam menjalankan tugas kerjanya.  Sejalan dengan itu Mitchel dalam Sedermayanti (2001 : 5l) menyebutkan indicator kinerja meliputi lima asfek antara lain (1) quality of work, (2) promptnes, (3) initiative (4) capability dan (5) communication.  Selanjutnya kelima indicator ini dijadikan bahan pembahasanlebih lanjut.
 
MOTIVASI
Motivasi memiliki pengertian yang beragam baik yang berhubungan dengan prilaku individu  maupun prilaku organisasi.  Namun apapun pengertiannya  yang terang monivasi merupakan unsur penting dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau pekerjaannya.
Motivasi berasal dari bahasa latin yakni ” movere ”  sama dengan move dalam bahasa Inggris yang berarti mendorong  atau menggerakan.  Dengan demikian motivasi merupakan upaya  untuk mendorong atau menggerakan  orang lain agar mau bekerja secara baik dalam rangka mencapai tujuan organisasi.  Motivasi menurut George  R Terry dalam Ridwan (2004 : 260)  adalah keinginan yang terdapat dalam diri  seseorang individu  yang merangsangnya  untuk melakukan  tindakan-tindakan.  Motivasi seorang pegawai bisa terjadi pasang surut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Oleh karena itu seorang pemimpin sebagai motivator harus mampu memberikan motivasi kepada bawahannya sehingga mereka memiliki  tanggungjawab yang tinggi serta dapat menunaikan  segala tugasnya untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang diantaranya adalah kebutuhannya.  Maslow dalam sedermayanti (201:105) menggolongkan kebutuhan manusia kedalam lima tingkat kebutuhan, terdiri atas strata yang paling rendah sampai strata paling tinggi  yaitu sbb. : (1)  kebutuhan fisiologis,  (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan harga diri dan penghargaan dan (5) kebutuhan akan aktualisasi diri. Ke lima faktor pemuas kebutuhan tersebut selanjutnya akan menjadi bahasan dalam tulisan ini..

   
KONSEP DASAR KEBIJAKAN
Kebijakan atau polecy merupakan apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Menurut PBB yang dikutif Wahab (2004 : 2) kebijakan diartikan sebagai pedoman untuk bertindak.  Sedangkan Carl Friederick dalam Winarno (2004 : 16)  memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan sesorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu.   Winarno  (2003 : 28-31)  Kebijakan publik merupakan proses yang sistematis melalui tahapan-tahapan penyusunan agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan tahap evaluasi kebijakan.  Islami (2001 : 20, 21) Kebijakan negara itu adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksankan atau tidak dilaksanakn oleh pemerintah  yang mempunya tujuan untuk kepentingan masyarakat.  Selanjutnya  Santoso dalam winarno (2003 : 170) menyimpulkan bahwa setiap kebijakan/tindakan pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan publik  Kebijakan negara dapat berupa peraturan perundang-undangan, pidato-pidato pejabat teras negara,  atau berupa tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik  / kebijakan negara  merupakan pedoman yang tertulis berupa peraturan perundang-undangan  maupun yang  tidak tertulis  seperti pidato pejabat negara dan tindakan-tindakan pemerintah untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan tujuan untuk kepentingan masyarakat.


IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalianj aksi-aksi kebijakan dalam kurun waktu tertentu (Wlliam Dun 1999 : 132). Implementasi kebijakan lebih bersifat praktis, berkaitan erat dengan politik, administrasi, kekuasaan, kepentingan dan strategi para   pelaku kebijakan. Implemenasi kebijakan merupakan tindak lanjut setelah kebijakan ditetapkan  guna mewujudkan satu program atau kebijakan menjadi kenyataan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan  dalam kebijakan tersebut. Implemntasi kebijakan merupakan suatu proses penjabaran kebijakan yang bersifat makro  (abstrak) menjadi kebijakan yang bersifat kongkrit (mikro), Oleh karena itu proses implementasi kebijakan   lebih penting dari seluruh kegiatan proses kebijakan.  Menurut Winarno (2004 :158)  ada enam kebijakan yang mempunyai potensi menimbulkan masalah, yakni  ,kebijakan baru, kebijakan yang didesentralisasikan, kebijakan kontraversial, kebijakan yang komplek, kebijakan yang ditetapkan oleh pengadilan dan kebijakan  yang berhubungan dengan krisis.   Selanjutnya Edwars III dalam tangkilasan (2003 : 120 mengemukakan  empat dimensi kritis yang perlu diperhatikan dalam implementasi kebijakan. Keempat dimensi tersebut antara lain : komunikasi, sumberdaya, disposisis dan birokrasi. Agar imlemenasi kebijakan menjadi efektif maka keempat factor iritis di atas secara simultan harus dipenuhi sebagaimana mestinya, karena jika salah satu factor saja tidak baik maka implementasi suatu kebijakan sangat dimungkinkan tidak berjalan secara efektif.

HUBUNGAN IMPLEMNTASI KEBIJAKAN DAN
                           PEMOTIVASIAN DENGAN KINERJA PENYULUH  

Tidak semua kebijakan Publik dapat diimplementasikan , tergantung dari kemampuan organisasi untuk melaksanakan  keputusan kebijakan tersebut.  Setiap kebijakan memiliki potensi untuk mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut mungkin karena pelaksanaannya yang jelek, kebijakannya yang jelek atau memang kebijakannya yang bernasib jelek.  Menurut Edgar ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu (1) komunikasi , (2)  sikap , disposisi, respon para implementator,  (3) kondisi kualitas dan kuantiítas sumberdaya (4) struktur birokrasi.  Di samping itu sukses tidaknya implemenasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh faktor manusia sebagai pelaku utama.   Kesanggupan, kesungguhan, kemampuan dan motivasi  merupakan energi tersendiri  yang dapat mendorong suksesnya implementasi suatu kebijakan. Oleh karena itu faktor manusia perlu didorong diberikan motivasi agar mereka dapat menunjukan sikap disiplin, kreatif, inovatif dan komunikatif serta dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.  Apabila faktor – faktor tersebut di atas di kondisikan  sebaik-baiknya, maka kebijakan itu akan terimplementasikan secara baik.  Apabila suatu kebijakan diimplemntasikan secara baik, maka akan menghasilkan kinerja pegawai yang baik pula.  Artinya terdapat hubungan yang jelas antara implemntasi kebijakan, dan  pemotivasian dengan kinerja seorang pegawai (Penyuluh Pertanian).

METODOLOGI

Metoda yang digunakan dalam kajian ini ádalah metoda survey, dilaksanakanpada Bulan februari – Bulan Juli 2007. Sedangkan yang menjadi objek  penelitian  hádala penyuluh pertanian pada Dinas pertanian Kabupaten Cianjur berjumlah 155 personil terdirir atas 35 orang penyuluh ahli dan 120 orang penyuluh trampil. 111 orang diantara mereka  terlibat langsung sebagai responden antara lain 25 orang penyuluh ahli dan 86 penyuluh trampil. Dalam pengkajian ini terdapat tiga variable yakni  variable Implementasi kebijakan (X1) , dan pemotivasian (X2) sebagai variable bebas dan kinerja penyuluh pertanian (Y) sebagai variable terikat.   Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan menggunakan angket  yang telah diuji validitas dan realibitasnya .  Data yang telah berhasil dikumpulkan diolah, dan dianalisis.  Metoda analisisis yang digunakan hádala analisis jalar (Fath Analisys) yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh variable indefendent  terhadap variable defendent.




HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum Aparatur Dinas pertanian Kabupaten Cianjur

Aparatur Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur pada Tahun 2010 tercatat 311 personil, dengan status PNSD  287 orang dan PNSD Provinsi  DPK  24 orang.   Penyuluh Pertanian yang menjadi objek penelitian berjumlah 155 orang, terdiri atas 35 orang penyuluh ahli dan 120 penyuluh trampil. Tempat tugas mereka tersebar di desa, kecamatan/BPP danb 15 orang diantaranya bertempat tugas di Dinas pertanian Kabupaten.  Berdasarkan golongan kepangkatan golongan II ada 10 orang, golongan III 137 orang dan Golongan IV 8 orang. Sedangkan bedasarkan pengalaman kerja  mereka sebagian  besar  (70,5%) dari mereka sudah memiliki masa kerja di atas 20 tahun.

  Keadaan Implementasi Kebijakan Penyuluhan Pertanian  di Kabupaten Cianjur

Kebijakan penyelenggaraan penyuluhan pertanian sebelum otonomi daerah  berada pada lembaga Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), yaitu unit kerja organik penyuluhan pertanian yang  berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. BIPP menjadi satminkal seluruh penyuluh pertanaian, perikanan, peternakan danperkebunan.. Setelah otonomi daerah  Dinas Pertanian dan hortikultura, BIPP, SPHB danDinas Perkebunan di gabung menjadi Dinas Pertanian, sedangkan Dinas peternakan dan Dinas perikanan menjadi Dinas Perikanan dan Peteranakan. Penyuluh Pertanian di pecah menjadi penyuluh Pertanian bertanggungjawab kepada Dinas pertanian dan Perkebunana  dan Penyuluh perikanan  peternakan bertangungjawab kepada Dinas Perikanan dan Peternakan.  Implementasi kebuijakan penyuluhan pertanian dalam hal ini adalah  kebijakan penyuluhan pertanian pada Dina Pertanian Kabupaten Cianjur di era otonomi daerah.
Dalam penelitian ni di diteliti empat aspek  yang mempengaruhi  implementasi kebijakan  menurut Edwars (2003) yaitu komunikasi, sumber-sumber, disposisis dan birokrasi.
Beradsarkan hasil angket diperoleh data bahwa keadaan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan di Dinas pertanian Kabupaten Cianjur sbb. ;

Tabel 1. Keadaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi
             KebijananPenyuluhan Pertanian di Kabupaten Cianjur
No
Indikator
Niali maksimum
Nilai yang dicapai

Prosentase
Katagori
1
Komunikasi
3330
2067
62,07
Sedang
2
Sumberdaya
5550
3233
58,25
Sedang
3
Disposisi
3330
1932
58,02
Sedang
4
Struktur birokrasi
3330
2029
60,93
Sedang
Total
15540
9261
59,59
sedang

Berdasarkan data pada Tabel 1 di atas menunjukan bahwa keadaan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penyuluhan pertanian pada Dinas Pertanian  Kabupaten Cianjur  berada pada posisi sedang dengan skor 9261 atau 59,59 % dari harapan.   Kebijakan penyuluhan pertanian telah dikomunikasikan atau diinformasikan melalui rapat-rapat dinas yang diselenggarakan setiap bulan, namun konsistensinya tidak mantap dan pemahaman akan kebijakan tersebut belum sesuai harapan.  Hal ini mungkin dikarenakan (1)  paserta rapat terbatas hanya koordinator penyuluh dan tidak semua koordinator penyuluh peneruskan informasi yang diterimanya kepada seluruh penyuluh di wilayah kerjanya (2) terjadi break down comunnication  (3) terjadi distorsi atau pemindahan informasi yang salah (4)  kurangnya petunjuk-petunjuk teknis secara  tertulis yang diberikan kepada para penyuluh, (5) kebijakan yang sering kali berubah-ubah.    Sementara itu  sumberdaya  penyuluh, sumber dana dan fasilitas penyuluhan ada tetapi tidak memadai sesuai kebutuhan.   Sedangkan ketika mereka diminta tangapannya tentang kebijakan penyuluhan yang sedang berlaku mereka menilai sedang-sedang saja artinya tidak terlalu jelek, tetapi dianggap terbaikpun tidak.  Demikian pula struktur birokrasi yang ada.
Keadaan faktor-faktor  impelemtasi kebijakan seperti di atas memungkinkan untuk tidak tercapainya tujuan penyuluhan yang maksimum. Karena untuk mencapai tujuan yang efektif dari suatu kebijakan diperlukan implementator yang memahami keputusan kebijakan yang akan diimplemetasikan..  Kebijakan tersebut harus konsisten serta sesuai dengan harapan para pelaksana sehingga tumbuh sikap positif darti mereka dan didukung oleh sumberdana, dan sumberdaya yang cukup kualitas maupun kuantitasnya, kemudian birokrasi yang ada harus sederhana yang menjamin mereka mudah mendapatkan bimbingan dan pelayanan manakala mendapat kesulitan kapan saja dan di mana saja dalam situasi apapun.

Keadaan Pemotivasian terhadap Penyuluh Pertanian di Kabupaten Cianjur

Motivasi adalah dorongan jiwa sesorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan/tindakan. Motivasi seorang anggota organisasi /institusi menenetukan kinerja oarang yang bersangkutan dan mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi/insatitusi tersebut. Oleh karena itu motivasi sesorang perlu di tumbuhkan dan ditingkatkan  serta dipelihara. Motiva  seseorang tergantung dari tingkat kepuasan masing-masing. Dalam penielitian ini  yang dijadika ukuran kepuasan adalah (1) kepuasan atas pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain pangan, sandang, dan perumahan  (2) kepuasan atas kebutuhan rasa aman dari kehilangan pekerjaan/jabatan, rasa aman dari kehilangan pendapatan dan rasa aman dari mutasi tempat kerja, (3) kepuasan atas pemenuhan kebutuhan sosial  yaitu kesempatan untuk bergaul, berkoordinasi, kesamaan hak dan perlakuan adil dari pimpinan, (4) kepuasan atas pemenuhan kebutuhan prestise antara lain; kesempatan meraih kedudukan/jabatan, memeperoleh kewenangan ,mendapatkan fasilitas dan kesempatan untuk memperoleh penghargaan  /pengakuan dan (5) kepuasan atas pemenuhan kebutuhan aktualisasi yakni mengembangkan ide-ide dan kreativitas dan kesempatan memperoleh pendidikan dan latihan. Dengan mengetahui tingkat pemuasan kebutuhan anggota suatu organisasi/institusi maka seorang pimpinan  dapat menentukan cara pemberian motivasi (pemotivasian) yang tepat sehingga mereka  bekerja   secara sungguh-sungguh dan ikhlas  demi tercapainya tujuan organiasi/intitusi.
Keadaan motivasi penyuluh pertanian di Kabupaten Cianjur  dari lima indikator yang dinilai menunjukan katagori sedang  (Skor 64,01% dari harapan) hal ini memungkikan bahwa motivasi  kerja mereka masih bisa ditingkatkan.  Kebutuhan rasa aman hampir menduduki posisi sangat tinggi  karena penyuluh pertanian dalah PNS yang pendapatannya sudah dijamin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mereka adalah pejabat fungsional yang  jabatannya pun relatif stabil jarang sekali terjadi  mutasi karena penyuluh pertanian yang bertugas disuatu wilayah, semakin  lama di wilayah tersebut diharapkan akan semakin memahami karakteristik wilayah kerjanya.  

Tabel 2. Keadaan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Cianjur
                                                                                                                             
No
Indikator
Nilai maksimum
Nilai yang dicapai
Prosentase
Katagori
1
Pemenuhan keb. Dasar
3330
2018
60,60
Sedang
2
Pemenuhan keb. Rasa aman
3330
2813
84,47
Sangat tinggi
3
Pemenuhan Keb.sosial
7770
4738
60,98
Sedang
4
Pemenuhan Keb. Prestise
5550
3356
60,47
Sedang
5
Pemenuhan Keb. Aktualisasi diri
3330
1997
59,97
Sedang

Total
2330
14922
64,01
Sedang




Keadaan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Cianjur

Kinerja  penyuluh merupakan hasil kerja, unjuk kerja , pelaksanaan pekerjaan, pencapaian kerja atau penampilan kerja. Seorang penyuluh yang diperoleh melalui proses pengelolaaan input  berupa implementasi kebijakan dan pemberian motivasi menjadi out put  berupa kinerja.
Berbagai indikator dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja salah satu diantaranya yang dikemukakan oleh Mitchell dalam Sedermayanti (2001 : 51) antara lain meliputi pelaksanaan pekerjaan, disiplin, inisiatif, kemampuan dan komunikasi.
Berdasarkan indikator-indikator tersebut keadaan kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Cianjur, tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Cianjur
No
Indikator
Nilai maksimum
Nilai yang dicapai
Prosentase
Katagori
1
Pelaksanaan pekerjaan
8880
5228
58,87
Sedang
2
Disiplin
2220
1308
58,92
Sedang
3
Inisiatif
2220
1257
56,62
Sedang
4
Kemampuan
3330
1996
59,94
Sedang
5
Komunikasi
3330
1878
56,39
Sedang

Total
19980
11667
58,39
Sedang

Berdasarkan data pada Tabel 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut  : Pertama pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini  diukur tugas pokok penyuluh pertanian berdasarkan Keputusan Menkowasbangpan No. 19 Tahun1999. Berdasarkan hasil penelitian lapangan ternyata tidak semua penyuluh mendapat kesempatan pendidikan dan latihan karena kesempatan yang ada terbatas, kegiatan penyuluhan seringkali tidak berpedoman kepada rencana kerja  tetapi lebih pada instruksi atau perintah atasan yang bersifat mendesak, setiap tahun setiap penyuluh menyusun  rencana kerja tetapi baru bersifat formalitas belum dijadikan acuan kerja. Demikian pula evaluasi terhadap rencana kerja sebagian besar penyuluh tidak melakukannya.  Kedua ; Displin adalah cerminan budaya kerja seorang pegawai, mencermikan kekuatan suatu organisasi. Seorang yang berhasil atau berprestasi umumnya adalah mereka yang memiliki disiplin tinggi.  Prijodarminto (l992 : %) mengatakan bahwa jika setiap insan PNS  berdisiplin tidak mustahil instasi atau organisasi  dimana mereka bekerja  akan memperlihatkan  suatu organisasi yang sehat, kuat dan berprestasi.  Ada dua indikator yang dijadikan ukuran disiplin dalam hal ini yakni keteraturan dan ketaatan  terhadap perturan yang berlaku.  Berdasarkan kedua indikator tersebut  dinyatakan bahwa disiplin para penyuluh di Kabupaten Cianjur tergolong katagor sedang. Ketiga ; Inisiatif atau prakarsa dijadikan indikator penilaian peleksanaan pekerjaan sesuai dengan PP RI No. 10 Tahun 1973  tentang Penilaian Pelakasanaan Pekerjaan PNS. PNS yang memilki prakarsa adalah mereka yang   tidak menunggu  petunjuk atau perintah atasan, selalu  mencari tata cara kerja baru, selalu berusaha memeberikan saran yang baik  kepada atasannya sehingga organisai / instansi  tempat mereka bekerja menjadi dinamis dan dengan segera mencapai tujuan bersama. Inisiatif para penyuluh di Kabupaten Cianjur masih tergolong cukup atau sedang artinya mereka masih menunggu petunjuk-petunjuk atasan, kurang krteatif dan baru meberikan saran jika diminta. Keempat kemampuan atau kesanggupan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Tupoksinya Penyuluh Pertanian Kabupaten Cianjur masih pada posisi sedang belum memiliki kemampuan yang tinggi.  Kelima , komunikasi penyuluh pertanian di lingkungan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur dalam melaksnakan penyuluhan pertanian baik vertikal yaitu komunikasi antara penyuluh dengan atasannya maupun horizontal antara penyuluh dengan penyuluh masih tergolong sedang..
Kineraja penyuluh merupakan bangunan dari kelima indikator  dan termasuk katagori sedang.

Hasil Pengujian

Berdarakan hasil pengujian  terbukti bahwa implmentasi kebijakan dan pemberian motivasi baik secra parsial maupun secara bersama-sama secara nyata  berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Cianjur  artinya bahwa  tinggi rendahnya kinerja penyuluh pertanian  tergantung  pada kindisi faktor-faktor yang terlibat  dalam suatu implementasi dan motivasi kerja para penyuluh itu sendiri. 
Besarnya pengaruh  implementasi kebijakan terhadap kinerja penyuluh di Kabupatren Cianjur adalah 22,82 % terdiri atas pengaruh langsung 13,69% dan pengaruh tidak langsung 9,13 %. Sementara itu  motivasi kerja memberikan pengaruh yang kuat terhadap kinerja penyuluh yaitu sebesar 26,70%.   Implementasi kebijakan  dan pemotivasian  secara bersama-sama meberikan pengaruh sebesar 49,52 %   dan sisanya (50,48%) adalah hasil dari pengaruh lain.



Kesimpulan
1. Implementasi kebijakan  dan pemberian motivasi serta kinerja penyuluh pertanian di 
    Kabupaten Cianjur berada dalam kondisi sedang.,
2.  Antara implementasi kebijakan dengan kinerja penyuluh secara parsial mempunyai hubungan yang erat dan sangat significant baik secara langsung maupun tidak langsung  artinya semakin baik implementasi kebijakan maka kinerja penyuluh akan semakin baik.  Demikan pula antara motivasi dengan  kinerja penyuluh., antara  implementasi dan motivasi secara bersama-sama    terhadap kinerja  penyuluh.
Pada Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur terdapat  terdapat interaksi antara implementasi kebijakan dengan motivasi, dan kemudian secara bersama-sama  mempeberikan pengaruh positif terhadap kineja penyuluh pertanian. Besarnya pengaruh sebesar 48,52 %.
Selain implemenasi kebijakan dan motivasi, kinerja penyuluh di Dinas Pertanian  Kabupaten Cianjur  dipengaruhi pula factor lain  diantaranya , kepemimpinan, hubungan psikologis antara pejabat struktural dengan pejabata fungsional  penyuluh, kebijakan dibidang penyuluhan, kondisis lingkuyngan dan lain lain.

S a r a n
Untuk meningkatkan kinerja penyuluh pertanian, pimpinan Dinas Pertanian hendaknya meningkatkan komunikasi Samsung rasa dengan para penyuluh pertanian, memberikan fasilitas yang memadai, memberikan bimbingan yang lumintu, serta memberikan motivasi dorongan lepada para penyuluh secara bijak dan persuasip.


Daftar Pusataka


Duna, William, 1999, Pengantar Analisis Kebijakan Publio,diterjemahkan oleh Samodra Wibawa,dkk, Yogyakarta : Gajah Mada Ubiversity Press.

Edwars Geoge, 2003, Implementasi Kebijakan Publio, Alih Bahasa oleh Hesel Nogi Tangkilasan, Yogyakarta : Lukman Offset.

Emest J. Mc Cormick, 1985, Industrial Psycology, New Cork: Prentice-Hall Inc.

Ismail, M.Irfan, 1993, KebijakanPublik, Jakarta : Karunika III

………………., 2001, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta : bumi Aksara .

Mangkinagara. A.A, Anwar Prabu,2000, ManajemenSumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung  :  Rosdakarya.

Panuju, 1995, Komunikasi Bisnis, Jakarta : PT Gramedia.
Prijodarminto, 1992, Disiplin Kiat Menuju Sukses, jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Robbin Stephen, 1994, teori Organisasi, Alih Bahasa  oleh Yususf Udaya, Jakarta : Arean.

Sedarmayanti, 2000, Restrukturisasai dan Pemberdayaan organisasi untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan , Bandung : Mandar Maju.

........................., 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung : Mansar Maju.

........................., 2003, good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung : Mandar Maju.

.........................., 2004, Good Gavernance Bagian Kedua, Bandung : Mandar Maju.

Sendjaja,dkk, 1999, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuk.

Siagian Sondang P, 1991, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jkarta : Rineka Cipta.

Streers, Richard M, 1985, Efektivitas Organisasi, Jakrta : Erlangga.

Sugiyono, 2004, 2004, Statistik untul Penelitia, Bandung : Alfabeta.

..............., 2004, Metoda Penelitian Administrasi,Bandung : Alfabeta.

Suprihanto, 1998, Penilaian Kinerja dan pengembangan Karyawan, Edisis Pertama, Yogyakarta: BPFE.

Thoa Miftah,2003, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta : PT Raja Gapindo Persada.

Winarno Budi,2002, Teori dan proses Kebijakan Publik, Yogyakarta : Media Pressindo.:    

  
B. Peraturan Prundang-undangan

 UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
  Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000, tentang Pedoman Organisasi Perangkat daerah

Kerputusan Menteri Koordinator Pengawasan pembangunan dan pendayagunaan Aparatur Negara republiki Indonesia nomor 19 Tahun 1999, tentang Penyuluh Pertanian danAngka Kreditnya.

Keputusan Besama Menetri Dal;am Negeri dan Menteri Pertanian Republi Indonesia, Nomor 54 Tahun 1999, Nomor 301/Kpta/LP-20/1999, tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, Jkarta.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2002, Kebijakan Nasional Penyelenggaraan Penyuluhan Pertaian, Badan SDM Departemen {ertanian Republik Indonesia, Jakarta




C. Makalah

Azis Amin, 2006, Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, Tegal Jawa Tengah

Puspadi Ketut, 2004, Status Posisi Penyuluhan Pertanian dalam Mengembangkan Usaha Agribisnis Berkrakyatan, Manado.

Sawal dan Akhsan,2004, Penyelenggaraan Penyuluh Pertanian di Era Otonomi Daereah, Minahasa.

Slamet  Margono, 2006, Rekonstruksi dan Reorientasi Penyuluhan Pertanian serta Penyuluh Pertanian, Memntafkan Pewran Penyuluh Pertanian mendukung Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan, Jambore dan FestivalKarya Penyuluh Pertanian, Tegal Jawa Tengah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

yaah....ibarat jauh panggang dari api harapan penyuluh harus lebih baik kinerjanya...mekanisme pengaturan dan penyelenggaraaan penyuluhan belum sesuai cita-cita sebagaimana dalam UU dan peraturan yang berlaku....emang nasib penyuluh masih perlu perbaikan

Berita Kita

Posting Populer