Oleh: Ir. Arifin Penyuluh Pertanian Madya BP4K Cianjur
Lahan adalah sumber kehidupan, jutaan manusia bahkan seluruh umat manusia mendapatkan energi kehidupan dari mahluk yang namanya lahan. Oleh karena itu lahan menjadi sangat penting. Di dunia pertanian lahan menjadi faktor pertama dan utama karena dari sinilah produksi dan pendapatan yang langsung dapat dinikmati oleh para petani sebagai pelaku utama. Berbagai upaya telah dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani agar mereka mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya , melalui berbagai kebijakan dan program pemerintah, melalui rekayasa teknis maupun rekasaysa sosial. Namun demikian peningkatan produksi dan pendapatan petani tidak seiring dengan peningkatan kebutuhan dan tingkat inflasi yang terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya. : pertama pemilikan dan penguasaan lahan yang relatif sempit sebagian besar kurang dari 0,5 ha. Kedua ; penerapan teknologi belum sepenuhnya sehingga peningkatan produktivitas tidak maksimal, ketiga kelembagaan petani dilapangan kurang berfungsi sehingga usahatani belum efisien, keempat kemampuan lahan yang semakin menururn, serta persoalan-pesoalan lain yang dihadapi dunia pertanian
SIPALAPA DAN ROPALAPA adalah salahsatu solusi dan upaya untuk memaksimalkan pendapatan petani. Sipalapa adalah Sistem Integrasi Palawija pada Tanaman Padi sedangkan Ropalapa adalah Rotasi Palawija setelah Padi. Sipalapa dan Ropalapa merupakan agribisnis horizontal yang dapat meningkatkan pendapatan petani, mengendalikan OPT dan memperkaya musuh alami serta mengurangi impor palawija.
SIPALAPA dapat diaplikasikan dalam usahatani model surjan dan penanaman palawija di pematang sawah. Pematang sawah merupakan lahan yang selama ini dibiarkan bera (nganggur), tetapi petani tidak menyadari bahwa lahannya nganggur, oleh karena itu lahan pematang ini sering disebut lahan bera yang tak kentara ( unvisible sleeping land). Menurut Prof. Dr. Baehaki, SE salah seorang peneliti di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi ) Luas pematang di jalur pantura rata-rata 5% dari luas areal atau sekitar 1700 m/ha lahan yang bisa aditanami palawija, dan di dataran tinggi atau sawah berteras luas pematang bisa mencapai 25 % lebih. Lebih lanjut beliau melaporkan bahwa dari satu ha sawah di pantura Jawa Barat dapat dihasilkan 370 kg biji kedelai. Jika saja harga biji kedelai saat ini Rp. 6000/kg, petani akan mendapat tambahan pendapatan sebesar Rp. 2.220.000, setara dengan 925 kg Gabah Kering Pungut (GKP) pada tingkat harga gabah Rp. 2400/kg. Dengan asumsi satu ha menghasilkan 7000 kg GKP dalam waktu bersamaan jika pematang sawahnya ditanami kedelai, maka produktivitas lahan tersebut menjadi 7.925 kg (meningkat 13,2 %).
Berdasarkan ilustrasi di atas ternyata SIPALAPA membuka peluang bagi penigkatan pendapatan petani. Selain dapat menambah pendapatan, melalui SIPALAPA sangat memungkinkan terjadinya kesinambungan kesediaan benih khususnya benih palawija sepanjag masa apa yang kita sebut Jalur Benih Antar Lapang ( Jabal ).
ROPALAPA adalah Rotasi Palawija setelah Padi. Tempo doeloe istilah ini dikenal dengan istilah pergiliran tanaman. Ropalapa atau pergiliran tanaman merupakan rekayasa pola tanam yang sangat penting, karena selain dapat memutus siklus kehidupan OPT, i ROPALAPA dapat mekasimalkan kemampuan lahan untuk dapat menghasilkan produksi (provitas). Hal ini bisa terjadi lantaran setiap jenis tanaman meimiliki kebuthan dan kemampuan menyerap hara dari dalam tanah dalam jenis dan kadar yang berbeda -beda . Hara yang tidak diserap oleh satu jenis tanaman dan tersisa, akan dimanfaatkan dan diserap oleh jenis tanaman lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar