“Tidak ada penyuluhpun petani tetap bertani “ ungkapan ini adalah ungkapan yang picik dan sinis yang sering terlontar dari orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran penyuluh.
Memang benar jika petani dibiarkan hanya sekedar bertani atau bercocok tanam tanpa kehadiran penyuluhpun pasti merka bertani, karena bertani sudah menjadi mata pencaharian mereka, tetapi apa jadinya jika petani di biarkan, tanpa bimbingan para penyuluh, mengingat inovasi teknologi tak pernah henti, tantangan pembangunan semakin berat seiring dengan perkembangan jaman, perubahan lingkungan gelobal dengan kebijakan perdagangan bebas harus diantisipasi dan dicermati oleh semua termasuk petani, kebijakan pemerintah pun harus dijewatahkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh petani sehinga mereka dapat merespon dan melaksankannya . Itu semua menjadi tugas dan tanggung jawab para penyuluh.
Menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas misalnya, para penyuluh harus mampu dan meyakinkan petani agar mereka dapat menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan budidaya yang tidak merusak lingkungan dan harga produk bersaing dipasaran gelobal, Materi penyuluhan yang konvensional tradisional harus ditinggalkan dan beralih kepada materi-materi yang dapat menjawab tantangan pasar gelobal antara lain di antaranya dengan menerapkan Good Agricultur Prakticec (GAP), Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Good handling Prakticec (GHP), Registrasi Kebun, registrasi produk adalah bagian dari materi penyuluhan kekinian. Artinya penyuluh tidak bisa tingal diam menyaksikan ketertinggalanm petani , tetapi penyuluh harus cekatan dan responsive menghadapi tantangan global.
Contoh lain bagaimana tanntang penyuluh sekarang dan kedepan salah satunya adalah bahwa tugas penyuluh adalah mengejawatahkan kebjakan pemerintah di Bidang Pembangunan Pertanian, Jangan sampai ada penyuluh yang tidak paham apalagi tidak tahu empat sukses pembangunan pertanian 2010-214. Empat sukses tersebut antara lain swasembada dan swasembada berkelanjutan, diversifikasi pangan, meningkatkan daya saing, nilai tambah dan eksport, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sukses pertama adalah swasembada dan swasembada berkelanjutan. Penyuluh ditantang dia harus mampu membimbing dan mendampingi petani agar mau dan bisa meningkatkan produktivitas terutama lima komoditas utama yakni padi, jagung, kedelai, tebu dan ternak sapi. Sehingga pada tahun 2014 Indonesia bias swasembada daging dan swasembada berkelanjutan kelima komoditi tadi. Untuk meningkatkan produktivitas tersebut sudah barang tentu harus dengan teknologi. Teknologi itulah harus digali dan di cari melalui berbagai cara ; bertanya, membaca, membuka internet maupun dengan cara lain. Dengan demikian penyuluh yang malas membaca, tidak mau bertanya, gagap dengan teknologi internet pasti dia akan ketinggalan demikian pula petani binaannya
Sukses yang ke dua adalah diversifikasi pangan; Menjadi tantangan baru bagi penyuluh untuk mengkapanyekan program diversifikasi pangan agar konsumsi beras menjadi turun dari 135 kg/kapita/tahun menjadi 100 kg/kapita/tahun. Penyuluh harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa beras/nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat, banyak sumber karbohidrat lain yang setara dengan beras, Penyuluh harus menguasai makanan bergizi, beragaam dan berimabangd . Di samping harus menguasai dan berhasil meningkatkan produksi penyuluh dituntut untuk memahami aspek konsumsi dan distribusi, konsumsi berkaitan dengan ilmu gizi, penyuluh harus menguasai makanan Bergizi, Berimbang dan Beragam (3B) oleh karena penyuluh harus belajar ilmu gizi.
Tantangan penyuluh berkaitan dengan sukses yang ketiga yakni meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor. Terkait dengan ini penyuluh harus memahami spektrum agribisnis mulai dari sub sistem sarana produksi, proses produksi, pasca panen dan pengolahan hasil, pemasaran dan jasa- jasa penunjang. Esensinya adalah bagaimana petani dapat memproduksi hasil pertanian yang aman dikonsumsi, diproduksi secara efisisen, dan tidak merusak lingkungan sehingga produk tersebut dapat bersaing dengan produk serupa yang dihasilkan oleh negara-negara lain. Ini bukan perkara mudah, dan hanya bisa dikerjakan oleh penyuluh-penyuluh yang memilki dedikasi dan kompentensi, oleh karena itu maka segenap penyuluh harus meningkatkan aktualisasi dirinya masing-masing tanpa harus menungu giliran kesempatan untuk di latih.
Terkait dengan sukses yang ke empat yaitu peningkatan kesejahteraan petani; lagi-lagi ini adalah tantangan yang terberat karena ukuran kesejahteraan adalah relatif dan indikatornya sangat komplek, kesejahteraan tidak hanya diukur oleh pendapatan tetapi banyak hal yang terkait. Namun demikian peran penyuluh dalam mendukung sukses yang ke empat ini sangatlah besar di antara bagaimana membimbing petani agar mereka dapat mengatur penggunaan pendapatannya secara rasional dan proporsional, bagaimana agar mereka bisa menabung dan lain-lain sehingga sedikit demi sedikit mereka makin mandiiri.
Uraian di atas hanya sebagaian kecil contoh dari tantangan yang harus di hadapi penyuluh pertanian di masa kini dan masa mendatang. Banyak tantangan-tantangan laian yag harus di jawab dengan keja keras, kerja cerdas dan kerja cermat, sehingga tidak ada alasan bagi seorang penyuluh untuk merasa kehabisan materi penuyuluhannya kecuali mereka yang malas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar