BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com___________BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com

Senin, 17 Oktober 2011

Sudahkah Anda menjadi seorang penyuluh yang berhasil?

Mari sejenak kita merenung, setelah seharian lelah bekerja mendampingi dan memfasilitasi saudara-saudara kita para petani . Anda tentu tidak ingin aktivitas penyuluhan Anda sehari-hari sia-sia dan tanpa makna, bukan?  Saya percaya siapapun Anda para penggiat pembangunanpertanian terutama Anda penyuluh pertanian ingin agar pekerjaan yang anda kerjakan selama ini berhasil, bukan?
Ada beberapa hal yang bisa Anda perhatikan dan Anda laksanakan selama menjalani aktivitaspenyuluhan dan bergaul dengan para petani di lapangan.  Beberapa pertanyaan di bawah ini dapat membantu Anda untuk mengukur apakah aktivitas penyuluhan yang Anda lakukan disebut berhasil atau tidak.
1.     Apakah Anda sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan penyuluhan kepada para petani? Keberhasilan penyuluhan yang Anda sangat ditentukan oleh bagaimana tingkat usaha Anda melakukan aktivitas ini, apakah Anda sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menerapkan berbagai macam metode penyuluhan atau tidak?   Atau barangkali belum berhasilnya Anda menttransfer adopsi inovasi teknologi kepada petani karena tingkat usaha kita yang masih belum sesuai harapan.  Yang jelas sebelum kita mengevaluasi tingkat penerimaan petani terhadap suatu inovasi tertentu kita harus mengevalusi tingkau usaha kita, sudah maksimal, setengah-setengah atau bahkan masih kurang.
2.     Apakah Anda sudah melaksanakan aktivitas penyuluhan dengan berorientasi pada klien yaitu para petani? Keberhasilan Anda melaksanakan aktivitas penyuluhan dan mengamankan proses adopsi inovasi teknologi berkorelasi positif dengan sejauhmana ia mampu melaksanakan aktivitas penyuluhan dengan berorientasi pada klien yaitu oreientasi pada petani.  Penyuluh yang lebih berorientasi pada petani dengan sendirinya mempunyai gap yang lebih sempit dengan petaninya dan dengan sendirinya kredibilitasnya lebih tinggi di mata para petani.
3.     Apakah Anda sudah menyesuaikan aktivitas penyuluhanya dengan kebutuhan petani?  Keberhasilan aktivitas penyuluhan ditentukan oleh sejauhmana penyuluh menyesuaikan dengan kebutuhan para petani binaanya.   Semakin sesuai dengan derajat kebutuhan petani maka dimungkinkan peluang keberhasilanya akan semakin tinggi.  Oleh karena seorang penyuluh harus mampu mengemas materi penyuluhanya menjadi sesuatu yang memang dibutuhkan oleh petani atau paling tidak bersentuhan dengan apa yang dibutuhkan oleh petani.
4.     Apakah Anda selama melaksanakan Aktivitas penyuluhanya sudah dilaksanakan dengan penuh empati? Empati adalah sejauhmana seorang penyuluh dapat menempatkan dirinya ke dalam peran orang lain dalam hal ini adalah petani.  Empati penyuluh terhadap para petani binaanya bukanlah sesuatu yang mudah, terutama ketika kondisi para petani itu sendiri sangat jauh berbeda dengan penyuluh sendiri.  Empati inilah yang sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan dalam melaksanakan aktivitas penyuluhan.
5.     Apakah Anda sudah melakukan proses “homofili” dengan kalangan petani binaan Anda? Homofili adalah kondisi sejauhmana sepasang individu yang saling berhubungan adalah serupa.  Sedangkan Heterofili adalah kondisi yang sebaliknya.  Pada umumnya penyuluh kondisinya berbeda dengan petani sebagai klienya  dan biasanya ia akan memiliki kontak yang paling banyak dengan klien yang serupa atau memiliki kesamaan paling banyak dirinya.  terutama dalam hal status sosial, partisipasi sosial, tingkat pendidikan formal dan tingkat kekosmopolitan, karena memang komunikasi yang effektif akan terjadi ketika kedua belah pihak homofili satu sama lain.  Hal ini sedikit banyak merupakan masalah tersendiri karena biasanya klien yaitu para petani yang paling banyak membutuhkan bantuan penyuluha adalah yang berada di kalangan bawah yang justru memiliki tingkat heterofilipaling tinggi dengan penyuluh.  Untuk mengatasi maslah seperti ini, seorang penyuluh dapat melibatkan orang lain yang dianggap mampu yang berasal daari salah satu dari mereka sebagai semacam kader yang memiliki tingkat kehomofillian yang  lebih tinggi dengan para petani binaan kita sehingga komunikasi dalam aktivitas penyuluhan maupun proses adopsi inovasi akan meningkat effektivitasnya.
6.     Bagaimana kontak Anda selama menjalankan aktivitas penyuluhan dengan para petani?Kontak selama aktivitas penyuluhan sangatlah penting terutama kontak dengan kalangan bawah (lower status).  Para petani yang berada di kalangan bawah pada umumnya kondisinya berbeda dengan kondisi penyuluh, kondisi ini dapat menghalangi effektivitas komunikasi.  Penyuluh yang pada umumnya merupakan karyawan pemerintah biasanya tidak langsung dipercaya oleh klien terutama yang berad di kalangan bawah.  Terlebih lagi pada umumnya petani yang berada di kalangan bawah ini seringkali tidak mempunyai sumberdaya yang diperlukan untuk dapat mengadopsi inovasi yang disampaikan penyuluh.  Banyak penyuluh yang tidak berusaha untuk melakukan  kontak dengan klien kalangan bawah karena mereka dipandang tidak responsif terhadap usaha-usaha yang dilakukan penyuluh.  Stereotip  ini juga menghambat penyuluh untuk melakukan kontak dengan mereka.   Salah satu solusi yang bisa dilakukan agar kalangan bawah dan least inovatif client ini lebih banyak kontak dengan penyuluh adalah dengan memilih penyuluh yang mempunyai kemiripan dengan kalangan ini, hal ini dapat dilakukan dengan cara mempekerjakan atau memilih satu satu dari mereka menjadi kader untuk membantu proses komunikasi sehari-hari dan mengeffektifkan aktivitas penyuluhan.
7.     Bagaimana dengan kredibilitas Anda sebagai penyuluh? Dimana-mana kredibilitas sangat penting, keberhasilan Anda sebagai penyuluh salah satunya ditentukan oleh faktor ini.  Walaupun Anda sudah semaksimal mungkin melaksanakan aktivitas penyuluhan tetapi kalau anda dipandang tidak kredibel oleh para petani, maka peluang ketidakberhasilnya juga tinggi.  Sebagaimana yang kita ketahui kredibilitas ada dua yaitu kredibilitaskompetensi (competency credibility) dan kredibilitas keamanan (safety credibilty).   Kredibiltaskompetensi adalah derajat sejauhmana suatu sumber komunikasi atau saluran komunikasi dipandang memiliki pengetahuan dan tingkat keahlian yang tinggi.  Sedangkan kredibilitas keamanan dipandang sebagai derajat suatu sumber  atau saluran komunikasi dipandang aman untuk dipercaya.   Biasanya penyuluh yang berasal dari kalangan mereka sendiri (near-peer) memiliki kredibilitas keamanan yang lebih tinggi.  Idealnya seorang penyuluh harus memiliki kedua kredibilitas tersebut secara seimbang.  Artinya ia boleh saja homofili dengan sistem yang dianut petani binaanya (sosial, ekonomi, kesukuan atau lainya) namun ia harus memiliki heterofili dalam hal kompetensi teknis yang akan didifusikan kepada para petani.
8.     Apakah anda sudah mengikutsertakan para tokoh masyarakat di lokasi binaan anda untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan? Salah satu yang menentukan keberhasilan penyuluhan adalah sejauhmana ia mampu mengikutsertakan para pemuka masyarakat di lokasi binaanya dalam aktivitas penyuluhan.  Pemuka masyarakat bisa berupa kontak tani, petani maju, tokoh agama, aparat desaataupun tokoh masyarakat lainya.  Penyuluh seperti yang kita ketahui memiliki keterbatasan baik waktu maupun tenaga.  Strategi yang dijalankan adalah dengan memusatkan komunikasi dengan para pemuka masyarakat ini, sehingga dapat mengendalikan keterbatasan sumberdaya penyuluh dan bahkan meningkatkan effektifitas difusi inovasi.  Dengan memanfaatkan bantuan pemuka masyarakat ini penyuluh mendapat perlindungan dari sponsor lokal.  Jaringan pesan dari para pemuka masyarakat ini dianggap kredibel dalam meyakinkan para petani (kelompok ataupun perorangan) untuk mengadopsi suatu inovasi.
Mudah-mudahan dengan memperhatikan beberapa pertanyaan di atas Anda bisa mengevaluasi sejauhmana aktivitas penyuluhan yang sudah dilakukan.  Beberapa pertanyaan tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat strategi dan perencanaan penyuluhan yang lebih effektif dan effisien sehingga kinerja penyuluh sebagai ujung tombak dapat ditingkatkan serta bisa memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan pertanian.
Saya sangat berterima kasih apabila Anda bisa berbagi pendapat dengan sahabat-sahabat semua disini.  Ada komentar, pendapat maupun kritik atau saran silahkan berbagi disini

Rabu, 12 Oktober 2011

Gas Rumah Kaca,Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Gas Rumah Kaca (GRK)

Berdasarkan Protocol Kyoto ditetapkan 6 jenis gas rumah kaca yang berperan sebagai penyerap energi radiasi matahari yang semestinya energi radiasi matahari tersebut dipantulkan kembali ke ruang angkasa, akan tetapi karena adanya gas-gas rumah kaca tersebut maka energi radiasi matahari tertahan di lapisan atmosfer dan menyebabkan peningkatan suhu bumi. Gas-gas tersebut diantaranya adalah CO2 (Karbon Dioksida), CH4 (Metana), N2O (Nitrogen Oksida), HFCs (Hydrofluorokarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur hexafluoride). Sebenarnya atmosfer bumi sudah memiliki unsur gas rumah kaca alamiah seperti uap air H2O). Tanpa kehadiran gas rumah kaca tersebut maka suhu muka bumi dapat lebih rendah sekitar 20 - 25odaripada suhu bumi saat ini, suatu keadaan yang sangat tidak nyaman bagi mahluk di muka bumi.
Penumpukan gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia menyebabkan daya serap terhadap radiasi matahari di atmosfer semakin bertambah. Proses terjadinya penumpukan energi matahari di atmosfer akibat kehadiran gas-gas rumah kaca tersebut dikenal sebagai efek rumah kaca. Istilah gas rumah kaca dan efek rumah kaca mengacu pada sifat proses terperangkapnya sinar matahari pada penerapan teknologi rumah kaca di negara-negara lintang tinggi. Pada wilayah tersebut rumah kaca dibuat untuk membuat suasana menyerupai daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang terjaga.
Peristiwa efek rumah kaca terjadi karena sinar matahari di atmosfer menggetarkan molekul gas-gas rumah kaca tersebut sehingga energi radiasi matahari terserap oleh molekul tersebut. Celakanya waktu hidup molekul tersebut di atmosfer dapat bertahan dalam waktu yang lama sekitar 150 hingga 200 tahun sehingga dalam waktu yang lama tersebut dapat terus menyerap energi dan terjadi proses efek rumah kaca. Dalam waktu yang lama tersebut efek rumah kaca terus terjadi dan mengakumulasi energi radiasi matahari yang terserap di atmosfer. Karena berat jenis dari molekul gas-gas rumah kaca jauh lebih besar dari berat jenis molekul udara umumnya dan menyebabkan posisi molekul gas-gas rumah kaca tersebut lebih berada di atmosfer bawah maka peristiwa pemanasan global lebih intensif terjadi di lapisan bawah atmosfer atau di permukaan bumi. Dari tahun ketahun konsentrasi gas-gas rumah kaca mengalami peningkatan, tidak hanya secara global akan tetapi konsentrasi gas-gas rumah kaca di Indonesia juga mempunyai kecenderungan naik.

Pemanasan Global

Pemanasan global ditandai kenaikan suhu rata-rata udara di dekat permukaan bumi dan lautan sejak pertengahan abad ke-20 dan diproyeksikan akan terus berlangsung. Menurut Laporan Kajian ke-Empat oleh IPCC tahun 2007, suhu permukaan global meningkat sebesar 0,74 0,32oC (1,33 0,32 o 

Pemanasan global dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim. Perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global yang melibatkan unsur aktivitas manusia dan alamiah. Peristiwa alamiah yang memberi pengaruh positif dan negatif pada pemanasan global adalah letusan gunung berapi, dinamika iklim di atmosfer dan lautan serta pengaruh dari luar bumi seperti gejala kosmis dan ledakan di permukaan matahari.

Pemanasan global yang disebabkan oleh manusia merupakan hasil dari perubahan jumlah dan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer dan juga karena menurunnya daya serap gas-gas rumah kaca yang sudah terdapat di atmosfer bumi. Pada kasus kedua, peristiwa pemanasan global dapat di-mitigasi (dikurangi) dengan menambah daya serap gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Tanda-tanda utama pemanasan global adalah kenaikan suhu muka bumi, peningkatan muka air laut dan melelehnya lapisan es di daratan muka bumi. Kenaikan suhu muka bumi terjadi di darat dan laut yang juga menyebabkan naiknya suhu udara muka bumi. Salah satu akibat kenaikan suhu muka bumi adalah melelehnya lapisan es di muka bumi. Proses melelehnya lapisan es tersebut akan menyebabkan kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut disebabkan oleh dua hal yaitu tambahan volume air di laut akibat aliran lelehan es di daratan dan akibat pemuaian molekul air oleh peningkatan suhu muka laut. Untuk wilayah pesisir, ancaman kenaikan muka air laut akibat pemanasan global dapat terjadi untuk waktu yang sangat lama.

Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan perubahan baik pola maupun intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata-rata 30 tahun). Perubahan iklim dapat berupa perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Sebagai contoh, lebih sering atau berkurangnya kejadian cuaca ekstrim, berubahnya pola musim dan peningkatan luasan daerah rawan kekeringan. Perubahan iklim merupakan perubahan pada komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan angin, dan perawanan.

Pengertian perubahan Iklim menurut berbagai sumber : a. UU No. 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. 
b. Pemahaman petani Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam) dan mengancam hasil panen.
 
c. Pemahaman nelayan Perubahan iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam (angin, suhu, astronomi, biota, arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan sehari-hari, sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan.
 
d. Pemahaman masyarakat umum Perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim.


III.1 Fakta Adanya Perubahan Iklim di Indonesia
Kejadian pemanasan global bukan saja telah mempengaruhi iklim secara global, namun juga mempengaruhi iklim di Indonesia. Berikut ini beberapa data dan fakta terjadinya perubahan iklim di Indonesia.
1. Perubahan Curah Hujan Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan peluang kejadian hujan ekstrim di beberapa wilayah di Indonesia. Di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, peluang kejadian hujan ekstrim dengan intensitas mencapai 500 mm/bulan selama periode tahun 1970 - 1999 meningkat hingga 13%. Padahal, selama periode tahun 1900 - 1929, peluang kejadian hujan ektrim di ketiga wilayah tersebut hanya 3%.
2. Pergeseran Musim Perubahan iklim dapat menyebabkan adanya pergeseran musim. Di Indonesia, musim mengalami pergeseran baik pada awal musim maupun panjang musim. Pergeseran tersebut terjadi dimusim kemarau dan musim hujan, baik maju maupun mundur. Pergeseran musim di Indonesia salah satunya telah teramati di pulau Jawa yang didasarkan pada data pengamatan selama 30 tahun yaitu periode tahun 1971-2000 dan periode tahun 2001-2010. Pergeseran musim di pulau Jawa terjadi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Berdasarkan data pengamatan 30 tahun periode 1971-2000, musim hujan di pulau Jawa mengalami pergeseran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Pola musim hujan di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagian besar mengalami pergeseran maju 3-4 dasarian, di wilayah Tangerang-Banten dan sekitarnya maju 1-2 dasarian dan Jawa Timur bagian timur mengalami pergeseran maju 1-2 dasarian. Sedangkan pola musim hujan yang bergeser mundur terjadi di Banten dan DKI dimana pergeserannya bervariasi antara 1-2 dasarian hingga 3-4 dasarian. Kemudian untuk wilayah Jawa Timur pergeseran mundur 1-2 dasarian.
Selain musim hujan, pergeseran juga terjadi pada musim kemarau seperti ditunjukkan pada Gambar 10. Pergeseran musim kemarau di pulau Jawa sebagian besar mengalami mundur 1-2 dasarian seperti di daerah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan di beberapa lokasi mundur 3-4 dasarian. Sedangkan pada ZOM 1, 21, 25, 27, 33, 73, 45, 50 dan 63 pola musim kemarau bergeser maju 1-2 dasarian, sedangkan untuk ZOM 60 musim kemarau bergeser maju 3-4 dasarian.
3. Perubahan Suhu Data pengamatan suhu udara rata-rata di Jakarta periode tahun 1956-2001 menunjukkan kecenderungan (trend) naik. Secara rata-rata, suhu udara di Jakarta mengalami peningkatan sebesar 0.7 oC/tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan suhu udara bukan hanya terjadi secara global namun juga pada lokasi spesifik seperti Jakarta.

Rabu, 28 September 2011

MENGUKUR NILAI EKONOMIS KEBUTUHAN AIR BAGI TANAMAN PADI SAWAH

Air  merupakan komponen utama bagi kelangsungan proses metabolisme dalam struktur tanaman. Selain pengaruh  radiasi surya, gas CO2 dan O2 di atmosfer, kadar air di daerah perakaran (tanah) sangat berperan untuk menunjang proses fotosintesis dan respirasi. Sumber utama cadangan air bagi tanaman adalah dari curah hujan. Curah hujan dapat mempengaruhi tanaman melalui  proses evaporasi (proses kesediaan air pada pori-pori tanah yang menguap karena peningkatan suhu dan radiasi surya). Jika curah hujan tinggi maka cadangan air yang ada di permukaan tanah (pori-pori tanah) lebih besar dibandingkan dengan penguapan air akibat proses evaporasi.
Seperti halnya dengan tanaman lainnya, tanaman padi juga sangat membutuhkan cadangan air yang mencukupi guna menunjang proses fotosintesis dan respirasi.  Disamping itu padi merupakan tanaman yang memerlukan intensitas radiasi panas matahari yang tinggi. Sehingga diperlukan asupan air yang seimbang dengan tingkat penguapannya. Air bagi tanaman, tidak terkecuali untuk padi berfungsi untuk : penyusun tubuh tanaman antara 70% - 90%,sebagai pelarut dan media reaksi biokimia pada jaringan tumbuh, medium perantara senyawa kimia (unsur hara dan nutrisi lainnya), bahan baku proses fotosintesa, dan menjaga keseimbangan suhu agar tetap konstan.
Berapa banyak sebenarnya konsumsi air bagi tanaman padi?
Dari catatan nationalgeographic.com bahwa dari total cadangan air tawar yang ada di seluruh dunia, 21% diantaranya digunakan untuk kegiatan pertanian padi sawah diseluruh dunia.  Jumlah sebanyak air sebanyak itu setara dengan 1350 milyar meter kubik.
Lebih jauh disebutkan bahwa untuk menghasilkan beras sebanyak 0,5 kg (1 pound) air yang dibutuhkan adalah sebanyak 449 galon, atau setara dengan 1700 liter air. Untuk  menghasilkan 1 kg beras, air yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat yaitu sebanyak 3400 liter.  Berapa  kira-kira kebutuhan air untuk menghasilkan beras sebanyak 1 ton :
Beras yang dihasilkan
Air yang dibutuhkan
0,5 kg
1.700
ltr
1,7
M3
1 kg
3.400
ltr
3,4
M3
10 kg
34.000
ltr
34
M3
100 kg
340.000
ltr
340
M3
1.000 kg
3.400.000
ltr
3400
M3
5.000 kg
17.000.000
ltr
17000
M3

Berdasarkan tabel tersebut untuk  menghasilkan beras sebanyak 1 ton diperlukan pasokan air sebanyak 3,4 juta liter atau sebanyak 3400 meter kubik.  Jika dalam satu hektar beras yang ingin kita hasilkan sebanyak 5 ton, maka jumlah air yang harus disediakan sebanyak 17 juta liter (1700 meter kubik). Jumlah air sebanyak ini jika diangkut dengan truk tanki, dibutuhkan sebanyak 1063 unit truk tanki kapasitas 16 kiloliter. 
Kebutuhan  air sebanyak itu jika harus dibeli, berapa biaya yang harus disediakan petani untuk menanam padi? Jika per liternya air harus dibeli dengan harga Rp.1 saja, petani harus menyediakan biaya setidaknya Rp.17.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan air sawah.  Ditambah dengan ongkos produksi lainnya maka biaya produksi menanam padi sawah diperkirakan akan membengkak hingga mencapai diatas 20 juta rupiah per hektar.
Namun faktanya kita tidak melakukannya, pasokan air baik dari irigasi, maupun dari curah hujan untuk areal sawah nyatanya masih tidak berbayar alias gratis. Namun jika pengelolaan sumberdaya air ini salah urus, bukan hal yang mustahil ke depannya kita harus menghadapi kenyataan di atas. Dimana kita harus benar-benar membeli air untuk mengairi tanaman padi sawah.   Untuk menghindari kerugian dari besarnya biaya sosial yang harus ditanggung, maka perlu antisipasi dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air secara efisien dan lestari. Fenomena kekeringan dan banjir merupakan salah satu potret bahwa masih terdapat kekurangberesan dalam pengelolaan sumberdaya air ini.
Beberapa hal yang perlu segera diperbaiki dalam manajemen sumberdaya air ini yang terkait langsung dengan praktek budidaya tanaman padi sawah diantaranya :
1.      Penerapan teknologi budidaya yang hemat air, diantaranya dengan menggunakan sistem pengairan berselang.
2.      Perbaikan atau rehabilitasi sarana dan prasarana pengairan/irigasi. Termasuk pembuatan dan perlindungan bangunan penahan air seperti embung,dam, bendungan dan situ.
3.      Menanam tanaman penahan air, dengan menggunakan metode reklamasi lahan kritis dan intensifikasi kegiatan reboisasi.  
4.      Perlindungan dan pelestarian lingkungan kawasan resapan air, diantaranya dengan melakukan perlindungan terhadap vegetasi termasuk didalamnya kawasan hutan.
5.      Perbaikan sanitasi dan drainase saluran pengairan
Dengan melihat besarnya resiko yang dihadapi, maka sejatinya pengelolaan aspek sumberdaya air ini harus dilakukan serius dan berkelanjutan. Karena pengaruh yang ditimbulkan oleh dampak buruk masalah pengairan, bukan hanya mengancam eksistensi kelestarian lingkungan, namun juga dapat mengancam eksistensi keberlangusungan kehidupan manusia untu masa yang akan datang.

Penulis : Dandan Hendayana,SP (Penyuluh BP4K Cianjur)

Sabtu, 24 September 2011

MARI............. “KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA”


Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 -- 8 ton/hektar.

Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.

Tetapi SRI sampai kini masih belum juga mendapat respon positif secara luas dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya. Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Tawaran solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima dan diterapkan oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

""BERTANI DENGAN SISTEM GABUNGAN SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/POC), AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAH GLIO DAN AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAMAN BVR, DENGAN POLA TANAM JAJAR GOROWO"

POLA TANAM JAJAR GOROWO
Kata “gorowo” diambil dari bahasa Jawa yaitu “lego”, “jero” dan “dowo”. Lego artinya luas/lebar, jero artinya dalam dan dowo artinya panjang. Teknologi jajar gorowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan dan diselang dengan parit/selokan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang akan memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir. Cara tanam padi pola tanam jajar gorowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo dan disempurnakan menjadi tanam jajar gorowo.

Media tanam dalam bentuk bedengan tidak digenangi air, tetapi tinggi air pada parit/selokan sama atau sedikit lebih rendah dari permukaan tanah bedengan. Bibit ditanam pada usia muda (6 – 10 hss) dan satu bibit untuk satu titik tanam.

Selamat mencoba dan terimakasih,
omyosa@gmail.com; 02137878827

Selasa, 06 September 2011

Membuat Tepung dari Kulit Pisang


Tepung dari beras, ketela itu biasa. Tapi tepung dari kulit pisang itu baru luar biasa. Inilah cara membuatnya.
Kurangnya produksi bahan pangan seperti beras, tepung terigu, kedelai, minyak goreng dan gula di Kalimantan Barat, menyebabkan pedagang memasok sekitar 80 persen bahan pangan tersebut dari Pulau Jawa.
Transportasi pengangkutan lewat laut yang terhambat gelombang besar menyebabkan harga bahan pangan melonjak tinggi. Seperti harga tepung terigu dari Rp 6.500 per kilogram, naik menjadi Rp 7.000 per kilogram.
Ini mengakibatkan produk pangan dengan bahan dasar tepung, seperti mie harganya juga melonjak. Adanya pemanfaatan limbah kulit pisang menjadi tepung dapat mensubstitusi tepung terigu sehingga harga tepung terigu yang mahal dapat diimbangi.
Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup (Sulffahri.2008). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 persen dan karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50 persen.
Karena kulit pisang mengandung zat pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi tepung. Berikut bagaimana membuat tepung dari kulit pisang seperti dilakukan oleh Leyla Noviagustin, Riin Sandra Yanti, dan Utin Febri Yantika, tiga mahasiswi Pendidikan Kimia Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat.
PILIH PISANG RAJA
Kulit pisang yang dipilih untuk diolah adalah kulit pisang raja karena mengandung kalsium (Ca) sebesar 10 mg. Selain itu kulit pisang raja lebih tebal dari kulit pisang lain (Sulfahri, 2008). Sehingga memiliki potensi pati yang cukup besar untuk diolah menjadi substituen tepung terigu.
Cara membuat tepung pisang mudah dan sederhana. Berikut ini cara membuat tepung pisang:
Bahan:
1. Pisang raja
2. Natrium tiosulfat (dapat dibeli di toko bahan kimia)
Alat:
1. Pisau
2. Perajang
3. Alat pengering
4. Alat penghancur atau penggiling
5. Ayakan atau saringan
Fungsi masing-masing peralatan:
1. Penggiling ukuran kecil untuk kapasitas satu kwintal atau lebih sesuai yang diinginkan. Penggilingan digunakan untuk menghancurkan potongan pisang menjadi tepung.
2. Pisau digunakan untuk memotong pisang menjadi ukuran kecil-kecil sebelum dilarutkan kedalam bahan natrium tiosulfat
3. Saringan/ayakan sebagai alat untuk menyaring/mengayak hasil tepung, guna mendapatkan tepung yang baik dan halus serta berkualitas.
4. Plastik yang lebar dan bersih sebagai alat untuk menaruh tepung pisang ketika dijemur agar supaya kering untuk memudahkan dalam proses penggilingannya.
5. Sinar matahari sangat diperlukan dalam proses pembuatan tepung pisang dalam proses pengeringan.
6. Plastik kemasan untuk membungkus tepung pisang telah jadi.
7. Plastik sealer, alat menutup kantong plastik.
Cara membuatnya:
1. Pisang yang telah tua dikupas kulitnya, dipisahkan daging buahnya.
2. Potong pisang kecil-kecil dengan ukuran kurang lebih 1 cm x 0,5 cm dengan pisau atau alat pengiris.
3. Rendam pisang dalam larutan natrium tiosulfat, setelah itu ditiriskan.
4. Keringkan potongan pisang. Pengeringan dengan sinar matahari perlu waktu kurang lebih dua hari. Jika menggunakan alat pengering gabah (dengan suhu 60 derajat celsius) proses pengeringan lebih cepat. Untuk mengeringkan dua kwintal pisang segar hanya perlu waktu 1 jam 20 menit.
5. Setelah kering atau kadar air kurang lebih 14 persen, potongan pisang dapat digiling/dihancurkan dengan menggunakan hammer mill atau ditumbuk.
6. Hasil penggilingan kemudian diayak.
7. Tepung pisang yang lolos dari ayakan dikemas dalam kantong plastik.
Penggunaan zat kimia Natrium tiosulfat bertujuan untuk menghambat terjadinya proses oksidasi pada kulit pisang, sehingga dapat mencegah timbulnya pencoklatan kulit pisang. Sehingga tepung yang dihasilkan akan lebih bersih. http://bkp.deptan.go.id/node/169@ken (

Menelisik akar penyebab krisis pangan

Selama hidup manusia sampai saat ini, proses pemenuhan kebutuhan pangan merupakan sebuah peradaban yang sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sejarah pencarian bahan makanan telah ada sejak manusia muncul di atas muka bumi ini.
****
Pada jaman pra sejarah tidak jarang pergulatan pemenuhan kebutuhan pangan telah menimbulkan krisis pangan. Karena kebutuhan pangan manusia lebih besar dari yang disediakan alam.  Ditandai dengan perubahan proses ikhtiar yang dilakukan dari berburu dan nomaden, berubah dengan cara menetap dan teknik budidaya. Hal ini memperlihatkan usaha antisipasi krisis pangan telah muncul sejak jaman pra sejarah.  Teknik budidaya itu sendiri sampai sekarang terus berkembang, tetapi kenyataannya problem pangan tak juga berhenti. Dalam catatan sejarah krisis pangan pernah terjadi di eropa (Yunani dan Romawi), penduduk sampai berdoa pada dewa untuk meminta pangan. Sejarah krisis pangan di dalam Starving Nations The Story : History of the food crisis menunjukan berbagai faktor penyebab dari beberapa kasus krisis pertanian, krisis pangan, dan kelaparan dunia.
Tahun 1315 dan 1317
Pada masa itu Eropa mengalami kelaparan yang kemudian disebut sebagai the great famine (kelaparan paling parah). Masa itu tercatat sebagai saat krisis pangan yang akut sehingga menimbulkan kelaparan yang parah. Kelaparan ini disebabkan oleh hujan lebat yang terus menerus sehingga panen dan pengolahan tanah tidak memungkinkan dilakukan. Tahun 1317 kelaparan mencapai puncaknya, hewan yang biasanya dipakai untuk mengolah tanah disembelih untu dijadikan sebagai sumber pangan. Anak-anak muda dibuang oleh orang tuanya yang putus asa karena kelaparan. Krisis pangan mulai berakhir setelah musima panas tahun 1317 , cuaca mulai membaik dan tanaman bisa kembali dibudidayakan.  Setidaknya 10% sampai 15% penduduk eropa mati akibat kelaparan dan berbagai penyakit yang muncul dan gizi buruk.
Tahun 1932-1933
Catatan sejarah krisis pangan lainnya terjadi di Ukraina pada awal dekade 1930-an. Krisis ini telah mengakibatkan sekitar 7 juta warga Ukraina (25% dari populasi penduduk Ukraina) meninggal dunia karena kelaparan dan malnutrisi. Krisis pangan di Ukraina ini lebih tepat diakibatkan oleh kekejaman penguasa dibandingkan dengan pengaruh bencana alam. Setelah rezim komunis berkuasa di Rusia, mereka berusaha menguasai sejumlah negara tetangga. Pada tahun 1924 Joseeph Stalin berkuasa, dia menekan pendudukan Ukraina yang ingin memerdekakan diri. Stalin menaikan kuota pangan dalam program pangan yang diserahkan ke negara. Tahun 1932 pengumpulan pangan di Ukraina dinaikan hingga 44%.  Akibat kebijakan tersebut warga Ukraina mengalami kelaparan parah, karena bantuan dari luar tidak mungkin dilakukan. Tentara Rusia menjaga perbatasan Ukraina untuk menutup bantuan pangan ke wilayah itu. Pada tahun 1933 dalam sehari ada 25.000 orang tewas.
Tahun 1943
Krisis pangan berikutnya terjadi di kawasan Benggala (India), krisis ini bermula dari bencana angin ribut pada tahun 1942. Banyak wilayah penghasil pangan mengalami kerusakan parah, dan bersamaan dengan terjadinya Perang Dunia II yang membutuhkan pasokan pangan dalam jumlah besar. Penguasa Inggris lebih memilih mengirim pangan asal Benggala itu ke Inggris atau kepada tentara India yang bertugas di timur tengah. Para pedagang ikut berperan dengan menaikan harga, akibatnya terjadi inflasi yang tinggi.  Akibat krisis pangan ini setidaknya 1,5 juta sampai 3 juta warga Benggala meninggal selama masa itu. Kejadian di India ini merupakan gabungan dari bencana alam dan pengabaian kenyataan kelaparan oleh penguasa.
Tahun 1958 – 1961
Terjadi krisis pangan hingga kelaparan di China, kejadian ini bermula ketika Mao aktif membangun industri logam di China. Warga China dipaksa bekerja di koperasi dan tanah-tanah negara. Untuk makin mendorong warga, pemerintah memberi pangan gratis bagi mereka yang bekerja. Jumlah kematian selama tiga tahun mencapai 14 – 26 juta orang. Situasi ini parah karena China mengabaikan sektor pertanian dan membuat laporan-laporan palsu mengenai data-data produksi.
Tahun 1972
Pada kurun waktu ini setidaknya ada jutaan warga dari 40 negara yang mengalami kelaparan. Kondisi ini disebabkan oleh stok pangan dunia yang sangat rendah sebagai akibat panen disejumlah tempat tidak memuaskan.  Sehingga negara produsen menutup pintu ekspor bahan pangan ke luar negeri.
Tahun 1995-1997
Diduga bermula pada tahun 1995 – 1997 masih terjadi hingga saat sekarang kelaparan di Korea Utara yang diperkerikakan merenggut 3 juta jiwa warganya. Kelaparan ini bermula ketika China dan Soviet tidak lagi memberikan bantuan subsidi pangan, sehingga secara keseluruhan pasokan pangan menurun drastis. Kasus di Korea Utara ini mirip dengan China yang tengah berusaha menstransformasi ekonomi dari negara pertanian ke negara industri.

Sejumlah krisis pangan menunjukan bahwa problem kekurangan pangan  tidak hanya menyebabkan banyak warga yang tewas di suatu negara.  Akibat  pembukaan pasar global serta tidak imbangnya jumlah populasi dengan jumlah produksi pangan yang tersedia. Krisis  pangan dapat dengan cepat menyebar ke negara lain. Krisis pangan global sempat memanas pada akhir tahun 2008 ketika stok pangan dunia semakin menipis. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan harga pangan sangat tinggi secara rata-rata harga pangan dunia naik 20% dan  pada saat yang bersamaan negara produsen menutup kran ekspor. Hingga negara-negara yang tergantung pada impor kesulitan untuk mendapatkan pangan.  Krisis pangan tahun 2008 terjadi mulai dari Kamerun, Haiti, Bangladesh, Mesir, hingga Filipina. Krisis politik yang terjadi di Arab juga disebabkan oleh krisis pangan yang terjadi di sejumah negara di kawasan itu.
Karen M.Jetter dari Pusat Isu-isu Pertanian Universitas California, dalam salah satu makalahnya menjelaskan, bahwa krisis pangan yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh sejumlah hal; seperti kegagalan panen disejumlah negara produsen pangan, produksi bioenergi meningkat  (yang berarti mengalihkan pasokan bahan pangan untuk bahan baku energi), peningkatan bahan bakar, dan perubahan pertumbuhan ekonomi domestik dan global.
Sejarah krisis pangan yang telah terjadi di beberapa negara mengingatkan pada kita bahwa penyebab kekurangan pangan di dunia dapat disebabkan oleh ; jumlah populasi penduduk dunia yang meningkat, cuaca yang buruk, dan kesalahan manajemen pertanian dari pemerintah.  Faktor populasi dan cuaca merupakan faktor yang bersifat eksogen, sedangkan faktor kesalahan manajemen pemerintah merupakan faktor yang sepenuhnya dapat dikendalikan pemerintah tentang bagaimana seharusnya mengelola pangan untuk masyarakat.  Perubahan struktur ekonomi dari agraris menjadi ekonomi industri yang berorientasi pasar global, hendaknya diimbangi dengan penekanan pada penguatan pondasi untuk kebutuhan pangan. untuk itu kalimat “ sejarah kembali berulang “ perlu dicamkan karena dengan memahami sejarah kita bisa memahami krisis pangan yang tengah terjadi dan mengupayakan solusinya.(dh.bp4k.cianjur/24/8/11) 

Berita Kita

Posting Populer