BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com___________BP4K Kabupaten Cianjur Jalan Raya Bandung No. 61 CIANJUR Tlp/Fax (0263) 261156 E-Mail : bp4kcianjur@gmail.com

Sabtu, 24 September 2011

MARI............. “KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA”


Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 -- 8 ton/hektar.

Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.

Tetapi SRI sampai kini masih belum juga mendapat respon positif secara luas dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya. Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Tawaran solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima dan diterapkan oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

""BERTANI DENGAN SISTEM GABUNGAN SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/POC), AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAH GLIO DAN AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAMAN BVR, DENGAN POLA TANAM JAJAR GOROWO"

POLA TANAM JAJAR GOROWO
Kata “gorowo” diambil dari bahasa Jawa yaitu “lego”, “jero” dan “dowo”. Lego artinya luas/lebar, jero artinya dalam dan dowo artinya panjang. Teknologi jajar gorowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan dan diselang dengan parit/selokan sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang akan memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir. Cara tanam padi pola tanam jajar gorowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo dan disempurnakan menjadi tanam jajar gorowo.

Media tanam dalam bentuk bedengan tidak digenangi air, tetapi tinggi air pada parit/selokan sama atau sedikit lebih rendah dari permukaan tanah bedengan. Bibit ditanam pada usia muda (6 – 10 hss) dan satu bibit untuk satu titik tanam.

Selamat mencoba dan terimakasih,
omyosa@gmail.com; 02137878827

Selasa, 06 September 2011

Membuat Tepung dari Kulit Pisang


Tepung dari beras, ketela itu biasa. Tapi tepung dari kulit pisang itu baru luar biasa. Inilah cara membuatnya.
Kurangnya produksi bahan pangan seperti beras, tepung terigu, kedelai, minyak goreng dan gula di Kalimantan Barat, menyebabkan pedagang memasok sekitar 80 persen bahan pangan tersebut dari Pulau Jawa.
Transportasi pengangkutan lewat laut yang terhambat gelombang besar menyebabkan harga bahan pangan melonjak tinggi. Seperti harga tepung terigu dari Rp 6.500 per kilogram, naik menjadi Rp 7.000 per kilogram.
Ini mengakibatkan produk pangan dengan bahan dasar tepung, seperti mie harganya juga melonjak. Adanya pemanfaatan limbah kulit pisang menjadi tepung dapat mensubstitusi tepung terigu sehingga harga tepung terigu yang mahal dapat diimbangi.
Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup (Sulffahri.2008). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 persen dan karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50 persen.
Karena kulit pisang mengandung zat pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi tepung. Berikut bagaimana membuat tepung dari kulit pisang seperti dilakukan oleh Leyla Noviagustin, Riin Sandra Yanti, dan Utin Febri Yantika, tiga mahasiswi Pendidikan Kimia Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat.
PILIH PISANG RAJA
Kulit pisang yang dipilih untuk diolah adalah kulit pisang raja karena mengandung kalsium (Ca) sebesar 10 mg. Selain itu kulit pisang raja lebih tebal dari kulit pisang lain (Sulfahri, 2008). Sehingga memiliki potensi pati yang cukup besar untuk diolah menjadi substituen tepung terigu.
Cara membuat tepung pisang mudah dan sederhana. Berikut ini cara membuat tepung pisang:
Bahan:
1. Pisang raja
2. Natrium tiosulfat (dapat dibeli di toko bahan kimia)
Alat:
1. Pisau
2. Perajang
3. Alat pengering
4. Alat penghancur atau penggiling
5. Ayakan atau saringan
Fungsi masing-masing peralatan:
1. Penggiling ukuran kecil untuk kapasitas satu kwintal atau lebih sesuai yang diinginkan. Penggilingan digunakan untuk menghancurkan potongan pisang menjadi tepung.
2. Pisau digunakan untuk memotong pisang menjadi ukuran kecil-kecil sebelum dilarutkan kedalam bahan natrium tiosulfat
3. Saringan/ayakan sebagai alat untuk menyaring/mengayak hasil tepung, guna mendapatkan tepung yang baik dan halus serta berkualitas.
4. Plastik yang lebar dan bersih sebagai alat untuk menaruh tepung pisang ketika dijemur agar supaya kering untuk memudahkan dalam proses penggilingannya.
5. Sinar matahari sangat diperlukan dalam proses pembuatan tepung pisang dalam proses pengeringan.
6. Plastik kemasan untuk membungkus tepung pisang telah jadi.
7. Plastik sealer, alat menutup kantong plastik.
Cara membuatnya:
1. Pisang yang telah tua dikupas kulitnya, dipisahkan daging buahnya.
2. Potong pisang kecil-kecil dengan ukuran kurang lebih 1 cm x 0,5 cm dengan pisau atau alat pengiris.
3. Rendam pisang dalam larutan natrium tiosulfat, setelah itu ditiriskan.
4. Keringkan potongan pisang. Pengeringan dengan sinar matahari perlu waktu kurang lebih dua hari. Jika menggunakan alat pengering gabah (dengan suhu 60 derajat celsius) proses pengeringan lebih cepat. Untuk mengeringkan dua kwintal pisang segar hanya perlu waktu 1 jam 20 menit.
5. Setelah kering atau kadar air kurang lebih 14 persen, potongan pisang dapat digiling/dihancurkan dengan menggunakan hammer mill atau ditumbuk.
6. Hasil penggilingan kemudian diayak.
7. Tepung pisang yang lolos dari ayakan dikemas dalam kantong plastik.
Penggunaan zat kimia Natrium tiosulfat bertujuan untuk menghambat terjadinya proses oksidasi pada kulit pisang, sehingga dapat mencegah timbulnya pencoklatan kulit pisang. Sehingga tepung yang dihasilkan akan lebih bersih. http://bkp.deptan.go.id/node/169@ken (

Menelisik akar penyebab krisis pangan

Selama hidup manusia sampai saat ini, proses pemenuhan kebutuhan pangan merupakan sebuah peradaban yang sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sejarah pencarian bahan makanan telah ada sejak manusia muncul di atas muka bumi ini.
****
Pada jaman pra sejarah tidak jarang pergulatan pemenuhan kebutuhan pangan telah menimbulkan krisis pangan. Karena kebutuhan pangan manusia lebih besar dari yang disediakan alam.  Ditandai dengan perubahan proses ikhtiar yang dilakukan dari berburu dan nomaden, berubah dengan cara menetap dan teknik budidaya. Hal ini memperlihatkan usaha antisipasi krisis pangan telah muncul sejak jaman pra sejarah.  Teknik budidaya itu sendiri sampai sekarang terus berkembang, tetapi kenyataannya problem pangan tak juga berhenti. Dalam catatan sejarah krisis pangan pernah terjadi di eropa (Yunani dan Romawi), penduduk sampai berdoa pada dewa untuk meminta pangan. Sejarah krisis pangan di dalam Starving Nations The Story : History of the food crisis menunjukan berbagai faktor penyebab dari beberapa kasus krisis pertanian, krisis pangan, dan kelaparan dunia.
Tahun 1315 dan 1317
Pada masa itu Eropa mengalami kelaparan yang kemudian disebut sebagai the great famine (kelaparan paling parah). Masa itu tercatat sebagai saat krisis pangan yang akut sehingga menimbulkan kelaparan yang parah. Kelaparan ini disebabkan oleh hujan lebat yang terus menerus sehingga panen dan pengolahan tanah tidak memungkinkan dilakukan. Tahun 1317 kelaparan mencapai puncaknya, hewan yang biasanya dipakai untuk mengolah tanah disembelih untu dijadikan sebagai sumber pangan. Anak-anak muda dibuang oleh orang tuanya yang putus asa karena kelaparan. Krisis pangan mulai berakhir setelah musima panas tahun 1317 , cuaca mulai membaik dan tanaman bisa kembali dibudidayakan.  Setidaknya 10% sampai 15% penduduk eropa mati akibat kelaparan dan berbagai penyakit yang muncul dan gizi buruk.
Tahun 1932-1933
Catatan sejarah krisis pangan lainnya terjadi di Ukraina pada awal dekade 1930-an. Krisis ini telah mengakibatkan sekitar 7 juta warga Ukraina (25% dari populasi penduduk Ukraina) meninggal dunia karena kelaparan dan malnutrisi. Krisis pangan di Ukraina ini lebih tepat diakibatkan oleh kekejaman penguasa dibandingkan dengan pengaruh bencana alam. Setelah rezim komunis berkuasa di Rusia, mereka berusaha menguasai sejumlah negara tetangga. Pada tahun 1924 Joseeph Stalin berkuasa, dia menekan pendudukan Ukraina yang ingin memerdekakan diri. Stalin menaikan kuota pangan dalam program pangan yang diserahkan ke negara. Tahun 1932 pengumpulan pangan di Ukraina dinaikan hingga 44%.  Akibat kebijakan tersebut warga Ukraina mengalami kelaparan parah, karena bantuan dari luar tidak mungkin dilakukan. Tentara Rusia menjaga perbatasan Ukraina untuk menutup bantuan pangan ke wilayah itu. Pada tahun 1933 dalam sehari ada 25.000 orang tewas.
Tahun 1943
Krisis pangan berikutnya terjadi di kawasan Benggala (India), krisis ini bermula dari bencana angin ribut pada tahun 1942. Banyak wilayah penghasil pangan mengalami kerusakan parah, dan bersamaan dengan terjadinya Perang Dunia II yang membutuhkan pasokan pangan dalam jumlah besar. Penguasa Inggris lebih memilih mengirim pangan asal Benggala itu ke Inggris atau kepada tentara India yang bertugas di timur tengah. Para pedagang ikut berperan dengan menaikan harga, akibatnya terjadi inflasi yang tinggi.  Akibat krisis pangan ini setidaknya 1,5 juta sampai 3 juta warga Benggala meninggal selama masa itu. Kejadian di India ini merupakan gabungan dari bencana alam dan pengabaian kenyataan kelaparan oleh penguasa.
Tahun 1958 – 1961
Terjadi krisis pangan hingga kelaparan di China, kejadian ini bermula ketika Mao aktif membangun industri logam di China. Warga China dipaksa bekerja di koperasi dan tanah-tanah negara. Untuk makin mendorong warga, pemerintah memberi pangan gratis bagi mereka yang bekerja. Jumlah kematian selama tiga tahun mencapai 14 – 26 juta orang. Situasi ini parah karena China mengabaikan sektor pertanian dan membuat laporan-laporan palsu mengenai data-data produksi.
Tahun 1972
Pada kurun waktu ini setidaknya ada jutaan warga dari 40 negara yang mengalami kelaparan. Kondisi ini disebabkan oleh stok pangan dunia yang sangat rendah sebagai akibat panen disejumlah tempat tidak memuaskan.  Sehingga negara produsen menutup pintu ekspor bahan pangan ke luar negeri.
Tahun 1995-1997
Diduga bermula pada tahun 1995 – 1997 masih terjadi hingga saat sekarang kelaparan di Korea Utara yang diperkerikakan merenggut 3 juta jiwa warganya. Kelaparan ini bermula ketika China dan Soviet tidak lagi memberikan bantuan subsidi pangan, sehingga secara keseluruhan pasokan pangan menurun drastis. Kasus di Korea Utara ini mirip dengan China yang tengah berusaha menstransformasi ekonomi dari negara pertanian ke negara industri.

Sejumlah krisis pangan menunjukan bahwa problem kekurangan pangan  tidak hanya menyebabkan banyak warga yang tewas di suatu negara.  Akibat  pembukaan pasar global serta tidak imbangnya jumlah populasi dengan jumlah produksi pangan yang tersedia. Krisis  pangan dapat dengan cepat menyebar ke negara lain. Krisis pangan global sempat memanas pada akhir tahun 2008 ketika stok pangan dunia semakin menipis. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan harga pangan sangat tinggi secara rata-rata harga pangan dunia naik 20% dan  pada saat yang bersamaan negara produsen menutup kran ekspor. Hingga negara-negara yang tergantung pada impor kesulitan untuk mendapatkan pangan.  Krisis pangan tahun 2008 terjadi mulai dari Kamerun, Haiti, Bangladesh, Mesir, hingga Filipina. Krisis politik yang terjadi di Arab juga disebabkan oleh krisis pangan yang terjadi di sejumah negara di kawasan itu.
Karen M.Jetter dari Pusat Isu-isu Pertanian Universitas California, dalam salah satu makalahnya menjelaskan, bahwa krisis pangan yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh sejumlah hal; seperti kegagalan panen disejumlah negara produsen pangan, produksi bioenergi meningkat  (yang berarti mengalihkan pasokan bahan pangan untuk bahan baku energi), peningkatan bahan bakar, dan perubahan pertumbuhan ekonomi domestik dan global.
Sejarah krisis pangan yang telah terjadi di beberapa negara mengingatkan pada kita bahwa penyebab kekurangan pangan di dunia dapat disebabkan oleh ; jumlah populasi penduduk dunia yang meningkat, cuaca yang buruk, dan kesalahan manajemen pertanian dari pemerintah.  Faktor populasi dan cuaca merupakan faktor yang bersifat eksogen, sedangkan faktor kesalahan manajemen pemerintah merupakan faktor yang sepenuhnya dapat dikendalikan pemerintah tentang bagaimana seharusnya mengelola pangan untuk masyarakat.  Perubahan struktur ekonomi dari agraris menjadi ekonomi industri yang berorientasi pasar global, hendaknya diimbangi dengan penekanan pada penguatan pondasi untuk kebutuhan pangan. untuk itu kalimat “ sejarah kembali berulang “ perlu dicamkan karena dengan memahami sejarah kita bisa memahami krisis pangan yang tengah terjadi dan mengupayakan solusinya.(dh.bp4k.cianjur/24/8/11) 

Kamis, 18 Agustus 2011

Kunjungan Kadisperta TPH Kab.Cianjur ke kantor BP4K

BP4KCIANJUR.Kepala Dinas Pertanian TPH Kab.Cianjur Drs.H.Sudrajat Laksana, melakukan kunjungan kerja ke kantor BP4K Cianjur pada kamis siang (18/8/11). Dalam kunjungannya yang didampingi oleh Kabid Penyuluhan Ir. Zulkarnaen, dan Kasubag Kepegawaian Wana Mulyawan,SP, Kadis Pertanian TPH disambut oleh Kepala BP4K Achmad Suganda,SP,MP dan Sekretaris BP4K Ir.H.Arifin, serta beberapa staf dan fungsional penyuluh yang ada di lingkup BP4K. 
Kunjungan Kadis Pertanian TPH ini bermaksud untuk melakukan pembahasan tentang kajian Perbub No.16 Tahun 2010 tentang pembentukan BP4K Kabupaten Cianjur. Dalam pembahasannya Kadis Pertanian TPH meminta kepada segenap elemen yang ada di BP4K untuk dapat bekerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dan meminta untuk tetap mengupayakan proses legitimasi kelembagaan BP4K. Dalam hal ini beliau memberikan kesanggupan dan kesediaan untuk membantu proses legitimasi kelembagaan BP4K untuk disampaikan pada Bupati dan ke hadapan anggota dewan DPRD Kab.Cianjur. "Kita berdoa dan berharap mudah-mudahan diberi jalan terbaik oleh Allah SWT bagi BP4K Cianjur " pungkas beliau.(bp4k/18/8/11)

Senin, 15 Agustus 2011

FASE PERTUMBUHAN TANAMAN PADI


Uraian fase-fase pertumbuhan padi ini disajikan berdasarkan informasi/data dan karakteristik jenis tanaman padi varietas IR- 64, varietas unggul berdaya hasil tinggi, dan semidwarf (tinggi sedang), namun secara umum berlaku juga untuk varietas lainnya.
Acuan  manual ini akan memudahkan bagi anda untuk :
·         Mengenali 3 fase pertumbuhan dasar tanaman padi dan tahapan perkembangan pada setiap fase.
·    Mengidentifikasi tahapan pertumbuhan tanaman padi menurut skala 0-9. Setiap angka pada skala berkaitan dengan tahapan pertumbuhan spesifik.
·         Menerangkan perubahan fisik spesifik dalam pertumbuhan tanaman padi

Tiga Fase Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam 3 fase :
1.      Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai);
2.      Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan); dan
3.      Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)

Di daerah tropis, fase reproduktif  35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari. Perbedaan masa pertumbuhan ditentukan oleh perubahan panjang waktu fase vegetatif. Sebagai contoh, IR-64 yang matang dalam 110 hari mempunyai fase vegetatif 45 hari, sedangkan IR-8 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65 hari.

 Tahapan Pertumbuhan 0 – 9

Ketiga fase pertumbuhan terdiri atas 10 tahap yang berbeda. Tahapan tersebut berdasarkan urutan adalah sebagai berikut :
Tahap 0, adalah sejak berkecambah sampai muncul ke permukaan :



           Tahap 1, disebut pertunasan :


Tahap 2, adalah pembentukan anakan :


Tahap 3
, adalah pemanjangan batang :

Keempat tahap pertama ini merupakan fase vegetatif, awal dari pertumbuhan tanaman padi.
Tahap 4, adalah pembentukan malai sampai bunting :

Tahap 5, adalah keluarnya bunga atau malai :

Tahap 6, adalah pembungaan :

Tahap 4, 5 dan 6 membentuk fase reproduksi, fase kedua dari pertumbuhan padi.
Tahap 7, adalah tahap gabah matang susu :

Tahap 8, adalah gabah matang adonan (dough rain) :


Tahap 9, adalah gabah matang penuh:


Tahap 7 – 9, merupakan fase pematangan, fase akhir dari perkembangan pertumbuhan tanaman padi.
(Sumber http://www.irri.org)



PEMBUATAN KOMPOS


Pengomposan merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Atau dengan kata lain kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai.
Mikroba tersebut berupa bakteri, fungi, dan jasad renik lainnya. Sedangkan bahan organik untuk bahan baku kompos dapat berupa jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ternak, dan sebagainya.
Kompos mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya dapat memperbaiki struktur tanah, daya ikat partikel tanah, daya ikat air, draenase dan tata udara tanah, serta mempertinggi daya ikat tanah terhadap unsur hara, mengandung hara lengkap, membantu proses pelapukan mineral, memberikan makanan bagi mikroba, menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Proses pengomposan yang terjadi secara alamiah, membutuhkan waktu yang relatif lama dengan kisaran 2-3 bulan bahkan bisa mencapai 6-12 bulan tergantung bahannya. Melihat lamanya proses pengomposan alamiah membuat para ahli berupaya untuk mempercepat proses tersebut, salah satunya dengan pemanfaatan stater/aktivator kompos yang sekarang  banyak dijual ditoko-toko pertanian, seperti stardec, EM4, starbio, starbio plus dll.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kompos antara lain: 
·         Kelembaban timbunan bahan kompos, kegiatan dan kehidupan mikrobia dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering atau basah atau tergenang. 
·         Aerasi timbunan, apabila kondisinya terlalu anaerob   maka mikroba anaerob saja yang hidup dan mikroba aerob mati sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk mengalami volatilasi (NH3(gas)). 
·         Suhu, suhu maksimum pengomposan adalah 60 0C, karena pada suhu ≥ 60 0C mikroba akan mati atau sedikit sekali yang hidup. 
·         Suasana, proses pengomposan akan menghasilkan asam-asam organik yang dapat menurunkan pH, pembalikan timbunan mempunyai dampak menetralisasi keasaman. 
·         Netralisasi keasaman, pemberian bahan kapur dapat menetralisir keasaman dan menambah kandungan hara kompos. 
Pembuatan kompos dapat dilakukan dimana saja asalkan tidak mendapat sinar matahari dan hujan secara langsung. Idealnya tempat tersebut dibuat semacam   bangunan  atau  lubang  dengan   ukuran 1 x 1 x 1 m3 atau sesuai kebutuhan.

Bahan dan Alat dalam Pembuatan Kompos
1. Bahan yang dibutuhkan adalah : Bahan organik (jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam atau serbuk gergaji, limbah organik rumah tangga).   
- Dedak                             
- Kapur                      
- Gula Pasir       
- Urea   
- Bahan stater/aktivator starbio plus, stardec..     
- Air 
2.       Alat yang digunakan berupa :  sekop, garu, ember, dan wadahpenyimpanan. 

Cara Pembuatan  
a)      Siapkan 2 - 3 sdm bahan aktivator    (jika berbentuk bubuk) atau 10 ml  (jika berbentuk cair) + 1 sdm gula pasir + 10 liter air.  Dicampur merata dan didiamkan selama 10-15 menit. Dari  larutan tersebut diambil ± 250 ml dan dicampurkan ke dalam 10 L air diaduk merata dan siap digunakan (larutan aplikasi).  
b)      Jerami atau bahan organik lainnya dipotong-potong ± 5-10 cm     seperti jerami, sekam, pupuk  kandang dan dedak dicampur merata. Untuk mendapatkan kompos yang baik perlu diperhatikan perbandingan antara jerami, sekam, pupuk kandang. Biasanya digunakan perbandingan 1 : 2 : 3    
c)       Sambil dicampur, bahan organik disirami dengan larutan aplikasi (larutan stater/aktivator) hingga  bahan  tersebut  memiliki  kandungan air  ±  30-40%.    
d)      Bahan kompos disimpan pada tempat yang ternaungi dan kering atau dimasukan dalam tempat penyimpanan yang telah disiapkan, dimana pada bagian atas dari tumpukan tersebut perlu ditutupi dengan plastik, dedaunan dll.    
e)       Pengontrolan kompos dilakukan untuk mengetahui suhu dan kelembaban bahan kompos, jika suhu kompos > 50-600C perlu dilakukan pembalikan untuk menetralisir panas dan perlu pula disirami air apabila bahan kompos mengalami masalah kekeringan.           
f)       Kompos yang menggunakan bahan stater/aktivator dapat digunakan setelah 4-6 minggu tergantung dari bahan pembuatnya. 

C.      Ciri-Ciri Kompos
Kompos dinyatakan berhasil bila memiliki ciri - ciri: 
·         Warna coklat kehitaman,
·         Agak lembab, 
·         Gembur,
·         Bahan pembentuknya sudah tidak dikenali lagi.

D.     Aplikasi di Lapangan
Dosis umum yang digunakan adalah 30 ton per hektar dan biasanya digunakan sebagai pupuk dasar pada kegiatan budidaya tanaman.

 Bahan Bacaan
 Lena Walunguru, SP., M.Si.. Teknik Pengomposan. Artikel Elektronik (Student Design.Blogspot.com.2010)

Sabtu, 13 Agustus 2011

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN MOTIVASI HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA PENYULUH

Oleh : Ir. ARIFIN 
(Penyuluh Madya di BP4K Kab.Cianjur)

ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kenrja penyuluh pertanian pada dinas pertanian Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 – 2009 dinilai masih rendah. Rendahnya kinerja tersebut akibat dari rendahnya imp-lementasi kebijakan dan kurangnya pemotivasian .
Dengan menggunakan Metoda  survey yang bersifat deskriptif pada   sample 111 penyuluh sebagai responden  dari 155 orang jumlah penyuluh  dianalisis dengan menggunakan path analisys atau analisisis jalur , diperoleh kesimpulan bahwa (1) ada hubungan positif yang erat antara implementasi kebijakan dengan kinerja penyuluh (r = 0,590). Dan berpengaruh nyata, dibuktikan oleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel, besarnya pengaruh tersebut 22,83 %. (2)  Ada hubungan positif yang cukup erat dan berpengaruh nyata antara pemotivasian denga  kinerja  penyuluh ( r = 0,688) . besarnya pengaruh pemotivasian 26,70 %.  (3) Implementasi dan pemotivasian secara bersama-sama memiliki hubungan yang sangat erat  dan berpengaruh sangat nyata terhadap kinerja penyuluh pertanian (r = 0,709) besarnya pengaruh 49, 52 %. (4) Selain pengaruh dari  implementasi kebijakan  dan pemotivasin, kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Cianjur di pengaruhi pula oleh paktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Besarnya pengaruh tersebut adalah 50,48 %. 

ABSTRACT
The main case in this research is low produktivity of agricultur extension workers at Agriculture Departement in Cianjur Regency. This low productivity  0f work is  affected by the less of practical laws and less of giving motivation.
The method use is survey method wich has descriptive analisys, the sample are 111 personwho work  as agriculture extension workers as respondents  from 155 total numbers. Technically this is also used Path Analisys.
The result shown that (1) there is good relationship between the implementation laws  and productivity of work (r = 0,590). This can be  seen that  t counted is more than t table, the affection is about 22,83 %.  (2)  There is also positive relation and get closer between giving motivation and productivity  of work, giving motivation is shown 26,70 %. (3)  The implementation of laws and giving motivation is shown  positif relation  (r = 0,709) and this givesgood imfluence to the productivity of workers.  The amount of influences is 49,52 %.  (4) There are also some variables that are not analyzed in this research.  The influence of variables is 50,48 %.   

Rabu, 10 Agustus 2011

WKPP (Warna-warni Kegiatan Penyuluh Pertanian) Cianjur

PPL BPP Cugenang in classroom meeting














THL TBPP Kec. Cijati in action on the emboeng location














Kegiatan Sekolah Lapang SL PTT 2011 (lokasi : BPP Kec.Mande)






MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN SAWAH MELALUI SIPALAPA DAN ROPALAPA


Oleh: Ir. Arifin Penyuluh Pertanian Madya BP4K Cianjur

Lahan adalah sumber  kehidupan, jutaan manusia bahkan seluruh umat manusia  mendapatkan energi  kehidupan dari  mahluk yang namanya lahan. Oleh karena itu lahan menjadi sangat penting.  Di dunia pertanian lahan menjadi faktor pertama dan utama  karena dari sinilah produksi dan pendapatan yang langsung dapat dinikmati oleh para petani sebagai pelaku utama. Berbagai upaya telah dilakukan secara terus menerus untuk  meningkatkan produksi dan pendapatan  petani agar mereka mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya  ,  melalui berbagai kebijakan dan program  pemerintah,  melalui  rekayasa teknis maupun  rekasaysa sosial.  Namun demikian  peningkatan produksi dan pendapatan petani tidak seiring dengan peningkatan kebutuhan dan tingkat inflasi yang terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh bebrapa faktor diantaranya. : pertama   pemilikan dan penguasaan lahan yang relatif sempit sebagian besar kurang dari 0,5 ha.  Kedua ; penerapan teknologi belum sepenuhnya sehingga peningkatan produktivitas tidak maksimal, ketiga  kelembagaan petani dilapangan  kurang  berfungsi  sehingga usahatani  belum efisien, keempat  kemampuan lahan yang semakin menururn, serta  persoalan-pesoalan lain yang dihadapi dunia pertanian    

SIPALAPA DAN ROPALAPA adalah salahsatu solusi dan upaya untuk memaksimalkan pendapatan petani. Sipalapa adalah Sistem Integrasi Palawija pada Tanaman Padi sedangkan Ropalapa  adalah Rotasi Palawija setelah Padi. Sipalapa dan Ropalapa merupakan agribisnis horizontal yang dapat meningkatkan pendapatan petani, mengendalikan OPT dan memperkaya musuh alami  serta mengurangi impor palawija. 
   
SIPALAPA dapat diaplikasikan dalam usahatani model surjan dan penanaman palawija di pematang sawah. Pematang sawah merupakan lahan yang selama ini dibiarkan  bera (nganggur), tetapi petani tidak menyadari bahwa lahannya nganggur, oleh karena itu lahan pematang ini sering disebut lahan bera yang  tak kentara ( unvisible sleeping land).  Menurut Prof. Dr. Baehaki, SE salah seorang peneliti di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi ) Luas pematang   di jalur pantura  rata-rata 5% dari luas areal atau sekitar 1700 m/ha lahan yang bisa aditanami palawija,  dan di dataran tinggi atau sawah berteras luas pematang bisa mencapai  25 % lebih. Lebih lanjut beliau melaporkan bahwa  dari satu ha sawah di pantura Jawa Barat dapat dihasilkan 370 kg biji kedelai.  Jika saja harga biji kedelai saat ini Rp. 6000/kg, petani akan mendapat tambahan pendapatan sebesar Rp. 2.220.000,  setara dengan 925 kg Gabah Kering Pungut (GKP) pada tingkat harga gabah Rp. 2400/kg.  Dengan asumsi satu ha menghasilkan 7000 kg GKP  dalam waktu bersamaan jika pematang sawahnya ditanami kedelai, maka  produktivitas lahan tersebut  menjadi 7.925 kg (meningkat 13,2 %).
Berdasarkan ilustrasi di atas ternyata SIPALAPA membuka peluang bagi  penigkatan pendapatan petani. Selain dapat menambah  pendapatan, melalui SIPALAPA sangat memungkinkan terjadinya kesinambungan kesediaan benih khususnya benih palawija sepanjag masa apa yang kita sebut Jalur Benih Antar Lapang  ( Jabal ).
ROPALAPA adalah Rotasi Palawija setelah Padi. Tempo doeloe istilah ini dikenal dengan istilah pergiliran tanaman. Ropalapa atau pergiliran tanaman merupakan rekayasa pola tanam yang sangat penting, karena selain dapat memutus siklus kehidupan OPT, i ROPALAPA dapat mekasimalkan kemampuan lahan untuk dapat menghasilkan produksi  (provitas). Hal ini bisa terjadi lantaran setiap jenis tanaman meimiliki kebuthan dan kemampuan menyerap hara dari  dalam tanah dalam jenis dan kadar yang berbeda -beda .  Hara yang tidak diserap oleh satu jenis tanaman dan tersisa,  akan dimanfaatkan dan diserap oleh jenis tanaman lainnya.    

Kamis, 28 Juli 2011

Pedoman Sertifikasi Penyuluh Pertanian PNS

Tujuan dan Manfaat 
Pedoman umum Sertifikasi  Profesi Penyuluh Pertanian  bertujuan memberikan acuan kepada pelaksana sertifikasi Penyuluh Pertanian dalam pelaksanaan uji kompetensi.  Secara khusus sertifikasi profesi Penyuluh Pertanian bertujuan meningkatkan proses dan mutu hasil penyuluhan, serta meningkatkan profesionalisme Penyuluh Pertanian.   Sedangkan manfaat sertifikasi profesi Penyuluh Pertanian adalah :
1. Melindungi profesi Penyuluh Pertanian dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusakcitra profesi Penyuluh Pertanian;
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik penyuluhan pertanian yang tidak bertanggung jawab;
3. Menjamin mutu penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
Kerangka Kualifikasi Profesi Penyuluh Pertanian   
Kerangka kualifikasi profesi Penyuluh Pertanian  ditentukan berdasarkan  kompleksitas pekerjaan, kewenangan dan rentang kendali manajemen dari kompetensi yang dipersyaratkan. Kualifikasi profesi Penyuluh Pertanian dibagi dalam  3 (tiga) kualifikasi sebagai berikut:
a.  Penyuluh Pertanian Fasilitator bagi Penyuluh Pertanian Terampil; 
b.  Penyuluh Pertanian Supervisor bagi Penyuluh Pertanian Ahli; 
c.  Penyuluh Pertanian Advisor bagi Penyuluh Pertanian Ahli yang telah  memiliki sertifikat Penyuluh Pertanian Supervisor. 
Lembaga Pelaksana
1. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian selaku Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1 (LSPP-1) melaksanakan Sertifikasi Profesi bagi Penyuluh Pertanian PNS. LSPP-1 dibentuk berdasarkan  penugasan dari Menteri Pertanian kepada  Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian;
2. LSP yang mendapatkan lisensi dari BNSP berhak melaksanakan sertifikasi profesi bagi Penyuluh Pertanian Swasta dan Penyuluh Pertanian Swadaya.  LSP dimaksud dibentuk atas dasar komitmen bersama antara pihak Pemerintah (Kementerian Pertanian), Asosiasi Profesi Penyuluh Pertanian, dan Pemangku Kepentingan lainnya.
Ruang lingkup dan Metode Uji Kompetensi          
1. Ruang lingkup uji kompetensi meliputi unit kompetensi sesuai dengan kerangka kualifikasi profesi Penyuluh Pertanian seperti yang telah ditetapkan dalam SKKNI;
2. Metode uji kompetensi  dilaksanakan melalui tes tulis dan/atau unjuk kerja, dan dilengkapi dengan evaluasi diri/portofolio, serta penilaian atasan/rekan kerja/tokoh masyarakat/perangkat desa. Hasil tes tulis, unjuk kerja, penilaian evaluasi diri dan portofolio serta penilaian atasan/rekan kerja/tokoh masyarakat/perangkat desa diakumulasikan untuk menentukan kualifikasi profesi yang diperoleh.
Tempat Uji Kompetensi (TUK)
 TUK merupakan tempat untuk uji kompetensi kerja profesi. TUK harus memiliki sarana dan prasarana dengan kriteria setara dengan tempat kerja profesi Penyuluh Pertanian. Lembaga yang ditunjuk sebagai TUK ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) dapat ditunjuk sebagai TUK setelah diakreditasi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Jumlah Asesi pada setiap TUK 20 – 30 orang untuk setiap periode sertifikasi profesi.
Persyaratan Calon Peserta (Asesi)
 1. Syarat umum                
a. berijazah paling rendah SLTA dan memiliki keahlian serta keterampilan teknis dalam bidang pertanian;
b. mendapat rekomendasi dari Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)/Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) atau kelembagaan penyuluhan pertanian lainnya di tingkat propinsi dan kabupaten/kota;
c. diusulkan oleh atasan langsung/pimpinan perusahaan/lembaga
2. Syarat khusus 
2.1. Penyuluh Pertanian PNS
a. telah mengikuti Diklat Dasar Penyuluh Pertanian bagi Penyuluh Pertanian yang telah diangkat untuk pertama kali setelah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/MENPAN/2/2008;
b. telah menduduki jabatan fungsional Penyuluh  Pertanian paling kurang 4 (empat) tahun;
c. DP3 2 (dua) tahun terakhir rata-rata bernilai baik;
d. tidak pernah mendapat hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan Pemerintah 30 Tahun 1980;
e. melengkapi dokumen administrasi yang telah dilegalisasi sebagai berikut:
1) Fotokopi Ijazah terakhir;
2) Fotokopi SK. Pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional Penyuluh Pertanian;
3) Fotokopi SK. Kepangkatan/Golongan  terakhir;
4) Fotokopi Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) Diklat Dasar bagi Penyuluh yang diangkat untuk pertama kali setelah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/MENPAN/2/2008;
5) Fotokopi DP3  2 (dua) tahun terakhir;
6) Rekomendasi dari atasan langsung yang menyatakan bahwa penyuluh tersebut layak mengikuti uji kompetensi, serta rekomendasi kepuasan atas pelayanan penyuluhan dari masyarakat tani (Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)/Organisasi Petani);
7) Foto terakhir 4 x 6 (berwarna dengan latar belakang biru) sebanyak 5 (lima) buah.
2.2. Penyuluh Pertanian Swasta:
a. memiliki surat keputusan sebagai Penyuluh Pertanian Swasta dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten/Kota;
b. memiliki sertifikat Pelatihan Pertanian yang diterbitkan oleh lembaga diklat pertanian yang berwenang;
c. melengkapi dokumen administrasi  yang telah dilegalisasi sebagai berikut:
1) Surat persetujuan dari pimpinan perusahaan tempat kerja Penyuluh Swasta;
2) Surat Rekomendasi yang menyatakan Penyuluh tersebut layak mengikuti uji kompetensi;
3) Foto terakhir 4 x 6 (berwarna dengan latar belakang biru) sebanyak 5 (lima) buah;
4) Ijazah terakhir.
2.3. Penyuluh Pertanian Swadaya :
a. memiliki surat keputusan sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) atau lembaga  yang menangani penyuluhan pertanian di kabupaten/kota setempat;   8
b. memiliki sertifikat Pelatihan Pertanian yang diterbitkan oleh lembaga diklat pertanian yang berwenang;
c. melengkapi dokumen administrasi  yang telah dilegalisasi sebagai berikut:
1) Surat Penetapan dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian sebagai Penyuluh Swadaya; 
2) Surat Rekomendasi dari  Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) yang menyatakan bahwa Penyuluh  tersebut layak mengikuti uji kompetensi;
3) Surat Pernyataan dari paling kurang 3 (tiga) Kepala Desa/tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa Penyuluh Swadaya tersebut pernah melakukan kegiatan penyuluhan di desanya;
4) Foto terakhir 4 x 6 (berwarna dengan latar belakang biru) sebanyak 5 (lima) buah;
5) Ijazah terakhir.




Rabu, 15 Juni 2011

Jadwal Pertandingan Sepakbola PS.PERTANIAN

Turnamen Sepakbola Antar Dinas/Instansi  2011 Se-Kabupaten Cianjur
GROUP.G
Jadwal Pertandingan
Tanggal
Waktu
PS.PERTANIAN vs  Bank.Jabar
16 Juni 2011
15.30 wib
PS. PERTANIAN vs  BRI
23 Juni 2011
09.30 wib
PS.PERTANIAN vs  Dishutbun
28 Juni 2011
08.00 wib

Selasa, 07 Juni 2011

TANTANGAN PENYULUH TAK PERNAH SURUT

“Tidak ada penyuluhpun petani tetap bertani “  ungkapan ini adalah ungkapan yang picik dan sinis yang sering terlontar dari orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran penyuluh.

Memang benar jika petani dibiarkan hanya sekedar bertani atau bercocok tanam tanpa kehadiran penyuluhpun pasti merka bertani, karena bertani sudah menjadi mata pencaharian mereka, tetapi apa jadinya jika petani di biarkan, tanpa bimbingan para penyuluh, mengingat inovasi teknologi tak pernah henti, tantangan pembangunan semakin berat seiring dengan perkembangan jaman, perubahan lingkungan gelobal dengan kebijakan perdagangan bebas harus diantisipasi dan dicermati oleh semua termasuk petani,  kebijakan pemerintah pun  harus dijewatahkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh petani sehinga mereka dapat merespon dan melaksankannya .  Itu semua menjadi tugas dan tanggung jawab para penyuluh. 
Menghadapi era globalisasi  dan  perdagangan bebas misalnya, para penyuluh  harus  mampu dan meyakinkan petani agar mereka dapat menghasilkan produk yang aman dikonsumsi  dengan budidaya yang tidak merusak lingkungan dan  harga produk  bersaing dipasaran gelobal, Materi penyuluhan yang konvensional tradisional harus ditinggalkan dan beralih kepada materi-materi yang dapat menjawab tantangan pasar gelobal antara lain di antaranya dengan menerapkan   Good Agricultur Prakticec (GAP), Standar Operasional Prosedur  (SOP) dan Good handling Prakticec (GHP), Registrasi Kebun, registrasi produk adalah bagian dari materi penyuluhan kekinian.  Artinya penyuluh tidak bisa tingal diam menyaksikan ketertinggalanm petani , tetapi penyuluh harus cekatan dan responsive menghadapi tantangan global.
Contoh lain bagaimana tanntang penyuluh sekarang dan kedepan salah satunya adalah bahwa tugas  penyuluh adalah mengejawatahkan kebjakan pemerintah di Bidang Pembangunan Pertanian,  Jangan sampai ada penyuluh yang tidak paham apalagi tidak tahu empat sukses pembangunan pertanian 2010-214. Empat sukses  tersebut antara  lain swasembada dan swasembada berkelanjutan, diversifikasi pangan, meningkatkan daya saing, nilai tambah  dan  eksport, dan peningkatan kesejahteraan petani.  Sukses pertama  adalah swasembada dan swasembada berkelanjutan.  Penyuluh ditantang  dia harus  mampu membimbing dan mendampingi petani agar mau dan bisa meningkatkan produktivitas  terutama lima komoditas utama yakni padi, jagung, kedelai, tebu dan ternak sapi. Sehingga pada tahun 2014 Indonesia bias swasembada daging dan swasembada berkelanjutan kelima komoditi tadi.  Untuk meningkatkan produktivitas tersebut sudah barang tentu harus dengan teknologi.  Teknologi itulah harus digali dan di cari melalui berbagai cara ; bertanya, membaca, membuka internet maupun dengan cara lain.  Dengan demikian penyuluh yang malas membaca, tidak mau bertanya,  gagap dengan teknologi  internet pasti dia akan ketinggalan demikian pula petani binaannya       
Sukses yang ke dua adalah diversifikasi pangan; Menjadi tantangan  baru bagi penyuluh untuk mengkapanyekan program diversifikasi pangan agar konsumsi beras menjadi turun dari 135 kg/kapita/tahun menjadi 100 kg/kapita/tahun. Penyuluh harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa beras/nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat, banyak sumber karbohidrat lain yang setara  dengan beras, Penyuluh harus menguasai makanan bergizi, beragaam dan berimabangd .   Di samping harus menguasai dan berhasil meningkatkan produksi penyuluh dituntut  untuk memahami aspek   konsumsi dan distribusi, konsumsi berkaitan dengan ilmu gizi, penyuluh harus menguasai makanan Bergizi, Berimbang dan Beragam (3B) oleh karena penyuluh harus belajar ilmu gizi.     
Tantangan penyuluh berkaitan dengan sukses yang ketiga yakni meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor.  Terkait dengan ini penyuluh harus memahami spektrum agribisnis mulai dari sub sistem sarana produksi, proses produksi, pasca panen dan pengolahan hasil, pemasaran  dan jasa- jasa penunjang. Esensinya adalah bagaimana petani dapat memproduksi hasil pertanian yang aman dikonsumsi, diproduksi secara efisisen, dan tidak merusak lingkungan sehingga produk tersebut dapat bersaing dengan produk serupa yang dihasilkan oleh negara-negara lain. Ini bukan perkara mudah, dan hanya bisa dikerjakan  oleh penyuluh-penyuluh yang memilki dedikasi dan kompentensi, oleh karena itu maka segenap penyuluh harus meningkatkan aktualisasi dirinya  masing-masing tanpa harus menungu giliran kesempatan untuk di latih.
Terkait dengan sukses yang ke empat yaitu peningkatan kesejahteraan petani; lagi-lagi ini adalah tantangan yang terberat karena ukuran kesejahteraan adalah relatif dan indikatornya sangat komplek, kesejahteraan tidak hanya diukur oleh pendapatan tetapi banyak hal yang terkait.  Namun demikian peran penyuluh dalam mendukung sukses yang ke empat ini  sangatlah  besar di antara bagaimana membimbing petani agar mereka dapat mengatur  penggunaan pendapatannya secara rasional dan proporsional, bagaimana agar mereka bisa menabung dan lain-lain sehingga sedikit demi sedikit mereka makin mandiiri.
Uraian di atas hanya sebagaian kecil contoh dari tantangan yang harus di hadapi penyuluh pertanian di  masa kini dan  masa mendatang. Banyak tantangan-tantangan laian yag harus di jawab dengan keja keras, kerja cerdas dan kerja cermat, sehingga tidak ada alasan bagi seorang penyuluh untuk  merasa kehabisan materi penuyuluhannya kecuali mereka  yang  malas.

Penulis : Ir.H.Arifin,M.Si (Penyuluh BP4K Cianjur).

Berita Kita

Posting Populer